Kekerasan dalam Dunia Olahraga Surabaya: Wali Kota Eri Cahyadi Tindak Tegas Pelatih Futsal yang Lukai Siswa SD

Kasus Kekerasan Terhadap Siswa SD dalam Pertandingan Futsal Mendapat Respon Keras dari Pemerintah Kota Surabaya

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menunjukkan komitmennya dalam melindungi anak-anak di wilayahnya dengan menjanjikan sanksi berat bagi seorang pelatih futsal yang diduga melakukan tindakan kekerasan terhadap seorang siswa Sekolah Dasar (SD) hingga menyebabkan cedera. Insiden ini terjadi saat pertandingan futsal berlangsung dan memicu kemarahan serta keprihatinan di kalangan masyarakat.

Eri Cahyadi telah menginstruksikan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya dan Inspektorat untuk segera menangani kasus ini secara komprehensif. Penyelidikan mendalam akan dilakukan untuk mengungkap fakta sebenarnya dan memastikan pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Bentuk sanksi terberat akan diberikan kepada oknum pelatih tersebut, sebagai efek jera dan bukti keseriusan Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani kasus kekerasan, terutama yang melibatkan anak-anak.

"Saya sudah memerintahkan Dispendik dan Inspektorat untuk menjadikan kasus ini atensi khusus. Akan diberi sanksi terberat juga sudah laporan ke polisi," tegas Eri Cahyadi di Balai Kota, menunjukkan komitmennya dalam menangani kasus ini.

Laporan Polisi dan Pasal yang Menjerat Pelaku

Keluarga korban, seorang siswa SD berusia 11 tahun dengan inisial BAI, telah melaporkan pelatih futsal berinisial BAZ (33) ke Polrestabes Surabaya. Laporan tersebut teregistrasi dengan nomor LP/B/389/IV/2025/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR. Pelaku dijerat dengan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang mengatur tentang tindak kekerasan terhadap anak.

Eri Cahyadi menekankan pentingnya peran guru sebagai pendidik yang penuh kasih sayang dan memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Tindakan kekerasan, apapun alasannya, tidak dapat dibenarkan dan harus ditindak tegas.

"Ini soal keselamatan anak-anak kita, melindungi mereka dari ancaman bahaya di sekitar. Pelaku harus diberikan sanksi berat," ujarnya dengan nada prihatin.

Guru Sebagai Teladan dan Konsekuensi Pelanggaran

Lebih lanjut, Eri Cahyadi mengingatkan bahwa guru memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan moral siswa. Guru seharusnya menjadi sosok yang digugu dan ditiru, memberikan contoh perilaku yang positif dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bagi guru-guru di Surabaya yang telah menjalankan tugasnya dengan baik, Eri Cahyadi menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya. Namun, bagi mereka yang melanggar kode etik dan melakukan tindakan yang merugikan siswa, sanksi tegas akan diberlakukan.

Kronologi Kejadian dan Dampak Psikologis pada Korban

Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial memperlihatkan insiden yang menjadi pemicu kasus ini. Dalam video tersebut, terlihat sekelompok anak berseragam hijau merayakan kemenangan di dekat tenda biru. Seorang pria berkemeja dan bertopi hitam tiba-tiba berlari ke arah mereka dan mendorong salah satu anak hingga terjatuh. Pria tersebut juga terlihat menunjuk-nunjuk anak yang terjatuh, sebelum akhirnya dilerai oleh wasit dan beberapa orang lainnya.

Menurut informasi dari akun Instagram @surabayakabarmetro, pertandingan tersebut merupakan babak semifinal antara MI Alhidayah dan SD Simolawang Kip yang berlangsung di SMP Labschool Unesa, JI Kawung. Akun tersebut juga melaporkan bahwa korban mengalami trauma akibat insiden tersebut dan mengalami keretakan pada tulang ekornya. Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menjaga keselamatan dan kenyamanan anak-anak dalam setiap aktivitas, termasuk dalam kegiatan olahraga. Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan memberikan perlindungan yang optimal bagi seluruh anak di wilayahnya.