FIFA Soroti Risiko Kehadiran Suporter Tandang di Liga 1, PSSI Beri Lampu Kuning

Meskipun telah berlalu lebih dari dua tahun sejak Tragedi Kanjuruhan, yang merenggut 135 jiwa, potensi risiko terkait kehadiran suporter tandang di Liga 1 masih menjadi perhatian utama. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengungkapkan bahwa FIFA masih menganggap situasi ini rawan, sehingga PSSI belum merekomendasikan pencabutan larangan tersebut.

Erick Thohir menegaskan bahwa PSSI akan terus memantau dan mengevaluasi situasi bersama dengan FIFA. Keamanan dan keselamatan seluruh pihak yang terlibat dalam pertandingan, termasuk suporter, pemain, dan petugas keamanan, menjadi prioritas utama. PSSI berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.

"FIFA bersama kami melihat masih banyak kejadian home dan away ini tingkat criticalnya masih tinggi. Bila terjadi ada hal-hal di sebuah liga itu yang bertanggung jawab penuh siapa?" ujar Erick Thohir usai konferensi pers Grassroots Development Sepak Bola Putri.

Posisi PSSI dan Wewenang PT LIB

Meski demikian, PSSI mengakui bahwa keputusan akhir mengenai pencabutan larangan suporter tandang berada di tangan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. PSSI berperan memberikan rekomendasi dan dukungan kepada LIB.

"Jadi liga diberikan wewenang oleh PSSI untuk mengelola liga dan kepemilikan liga itu 99 persen ada di klub-klub, PSSI hanya 1 persen. PSSI berkewajiban menjaga liga tidak ada match fixing. Kalau ada kita tangkap, apalagi kita sudah punya satgas bersama kepolisian dan kejaksaan," kata Erick Thohir.

Erick Thohir juga menekankan bahwa PSSI mendukung penuh operator liga dan bertanggung jawab untuk beberapa hal:

  • Memastikan jadwal liga bersinkronisasi dengan jadwal tim nasional
  • Memperbaiki kualitas wasit
  • Memastikan adanya club licensing

Tanggung Jawab Jika Larangan Dicabut

Jika PT LIB memutuskan untuk mencabut larangan tersebut, Erick Thohir menekankan pentingnya kesiapan dan tanggung jawab penuh dari pihak liga dan klub.

"Klub bertanggung jawab tentang pertandingannya. Artinya kalau ada peristiwa kerusuhan-kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa, liga dan klub bertanggung jawab sepenuhnya. Kami sebagai PSSI dan FIFA menjaga dan menilai bahwa konteks home and away suporter ini masih rawan. Tetapi kalau liga dan klub ingin melakukan, silakan, bertanggung jawab kalau nanti ada peristiwa seperti Kanjuruhan lagi, jangan sampai nanti bolanya di lempar sana-sini tidak punya rasa tanggung jawab," tegas Erick Thohir.

Dengan kata lain, PSSI dan FIFA masih memiliki kekhawatiran terkait potensi kerusuhan yang melibatkan suporter tandang. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan PT LIB, dengan catatan bahwa mereka harus siap bertanggung jawab penuh jika terjadi insiden yang tidak diinginkan.