Wabah DBD di Magetan Meresahkan: Dua Nyawa Melayang, Ratusan Terinfeksi

Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tengah menghadapi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengkhawatirkan. Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Magetan mencatat, hingga akhir April 2025, sebanyak 135 kasus DBD telah terkonfirmasi, dengan dua pasien dilaporkan meninggal dunia.

Lonjakan kasus ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Epidemiolog DKK Magetan, Agus Yudi Purnomo, mengungkapkan bahwa sebaran kasus DBD terjadi sejak awal tahun. "Sejak Januari hingga April 2025, kami mencatat 135 kasus DBD. Dua pasien meninggal dunia, satu pada Januari dan satu lagi pada Maret," jelasnya.

Ironisnya, korban meninggal dunia bukan berasal dari kelompok usia rentan seperti anak-anak, melainkan dari kalangan remaja dan dewasa. Hal ini mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penanganan medis. "Yang menjadi kekhawatiran kami adalah usia pasien yang meninggal bukan anak-anak, tetapi remaja dan dewasa. Rata-rata, mereka terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Saat tiba di fasilitas kesehatan, kondisi mereka sudah kritis," terang Agus.

DKK Magetan menduga bahwa peningkatan kasus DBD disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN merupakan langkah preventif utama untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit DBD.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi DKK Magetan adalah resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap insektisida. Di beberapa wilayah, terutama yang memiliki aktivitas pertanian intensif, nyamuk telah mengembangkan kekebalan terhadap bahan kimia yang biasa digunakan dalam fogging.

"Nyamuk di wilayah kami sudah kebal terhadap insektisida. Di wilayah dengan penggunaan insektisida pertanian yang masif, seperti di Kecamatan Plaosan, kekebalannya sudah mencapai 100 persen. Kami sedang mencari strategi alternatif untuk melakukan fogging," pungkas Agus.

Menghadapi situasi ini, DKK Magetan berupaya mencari solusi inovatif untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti tanpa bergantung pada bahan kimia. Upaya ini diharapkan dapat mengatasi masalah resistensi insektisida dan menekan penyebaran DBD di Kabupaten Magetan.