Adidas Waspadai Kenaikan Harga Produk di AS Akibat Tarif Impor
Adidas Mengkhawatirkan Dampak Tarif Impor Terhadap Harga Produk di Amerika Serikat
Perusahaan apparel olahraga terkemuka, Adidas, baru-baru ini menyampaikan kekhawatiran mengenai potensi kenaikan harga produknya di pasar Amerika Serikat (AS) sebagai akibat dari kebijakan tarif impor. Meskipun belum dapat memastikan besaran kenaikan harga yang akan terjadi, Adidas menegaskan bahwa tarif impor yang diberlakukan akan berdampak signifikan pada biaya produksi dan distribusi produk mereka.
Dalam pernyataan resminya, manajemen Adidas mengungkapkan bahwa ketegangan perdagangan global yang berkelanjutan menjadi penghalang bagi perusahaan untuk meningkatkan proyeksi pendapatan tahunan. Padahal, pada kuartal pertama tahun 2025, Adidas mencatatkan lonjakan laba yang cukup signifikan. Namun, ketidakpastian terkait tarif impor membuat perusahaan memilih untuk berhati-hati dalam menentukan proyeksi ke depan.
Dampak Tarif dan Strategi Perusahaan
Adidas mengakui bahwa tarif yang diberlakukan oleh AS terhadap barang-barang impor dari China, yang mencapai hingga 145 persen, telah berdampak pada operasional perusahaan. Meski demikian, Adidas telah berupaya mengurangi ketergantungan pada produksi di China dengan mengalihkan sebagian kegiatan produksinya ke negara lain. Namun, tarif umum AS terhadap negara-negara pengekspor lainnya, yang saat ini berada pada tingkat 10 persen, tetap menjadi perhatian utama.
Manajemen Adidas menyatakan bahwa mereka masih belum mengetahui besaran tarif akhir yang akan diterapkan, mengingat negosiasi perdagangan antara AS dan berbagai negara pengekspor masih berlangsung. Kenaikan biaya akibat tarif yang lebih tinggi diperkirakan akan berdampak pada harga jual produk, tetapi sulit untuk mengukur dampak ini secara tepat atau memprediksi bagaimana hal itu akan mempengaruhi permintaan konsumen.
Kinerja Keuangan Positif di Tengah Ketidakpastian
Di tengah kekhawatiran terkait tarif impor, Adidas melaporkan kinerja keuangan yang positif pada kuartal pertama tahun 2025. Laba bersih dari operasi yang berlanjut melonjak sebesar 155 persen menjadi 436 juta euro (496,5 juta dollar AS), melampaui proyeksi konsensus yang diperkirakan sebesar 383 juta euro. Penjualan bersih juga meningkat sebesar 12,7 persen menjadi 6,15 miliar euro, sementara margin operasional meningkat sebesar 3,8 poin persentase menjadi 9,9 persen.
Adidas menyatakan bahwa mereka berpotensi untuk meningkatkan proyeksi pendapatan dan laba operasional tahunan jika tidak ada pengaruh dari tarif impor. Namun, perusahaan memilih untuk mempertahankan proyeksi yang ada, dengan mengakui bahwa "rentang hasil yang mungkin telah meningkat."
Tantangan Produksi dan Dampak pada Ritel Global
Adidas mengungkapkan bahwa saat ini sulit bagi perusahaan untuk memproduksi produk di AS karena sebagian besar produksi dilakukan di negara-negara seperti Vietnam dan Kamboja, yang menghadapi tarif impor AS lebih dari 40 persen. Situasi ini semakin rumit karena belum ada kesepakatan dagang yang tercapai antara AS dan negara-negara tersebut.
Ketegangan perdagangan ini juga berdampak pada hampir semua bisnis ritel yang melayani pasar AS. Dari pengecer daring dengan harga rendah hingga merek-merek mewah, semuanya menghadapi dilema serupa terkait kenaikan harga dan dampaknya terhadap permintaan konsumen.
Pandangan Analis
Para analis dari Deutsche Bank mencatat bahwa Adidas telah memberikan hasil yang "baik, dengan kemajuan yang tercatat di semua area" meskipun ada ketidakpastian yang lebih tinggi. Analis barang konsumsi di Quilter Cheviot, Mamta Valechha, menambahkan bahwa sepatu terus menjadi produk yang diminati konsumen, sementara pakaian gaya hidup dan kategori performa juga menunjukkan kinerja yang baik. Namun, Valechha mengingatkan bahwa kita harus menunggu untuk melihat dampak penuh dari situasi tarif di AS terhadap kinerja Adidas di masa mendatang.
Secara keseluruhan, Adidas menghadapi tantangan yang signifikan akibat kebijakan tarif impor AS. Meskipun perusahaan telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya, ketidakpastian terkait negosiasi perdagangan dan potensi kenaikan harga tetap menjadi perhatian utama bagi Adidas dan bisnis ritel lainnya yang beroperasi di pasar AS.