Rusia Umumkan Jeda Tempur Tiga Hari, Ukraina Curiga Ada Agenda Tersembunyi

Moskow mengumumkan inisiatif gencatan senjata selama tiga hari di tengah konflik yang berkecamuk dengan Ukraina, memicu reaksi skeptis dari Kiev yang menuduh adanya motif tersembunyi di balik langkah tersebut.

Kremlin menyatakan bahwa jeda pertempuran akan berlangsung mulai 8 hingga 10 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Perang Dunia II yang dirayakan secara luas di Rusia. Dalam sebuah pernyataan resmi, Kremlin menyampaikan, "Pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata selama peringatan 80 Hari Kemenangan mulai tengah malam pada 7-8 Mei hingga tengah malam 10-11 Mei," dan menambahkan bahwa selama periode ini, semua operasi militer akan dihentikan.

Moskow juga menyatakan harapannya bahwa pihak Ukraina akan mengikuti langkah serupa. Namun, Kremlin memperingatkan bahwa jika gencatan senjata dilanggar oleh pasukan Ukraina, militer Rusia akan merespons dengan "tindakan yang memadai dan efektif." Pernyataan ini menggarisbawahi ketegangan yang masih membara di antara kedua negara.

Menanggapi pengumuman tersebut, pejabat tinggi Ukraina, Andriy Sybiha, melalui platform media sosial X, mempertanyakan ketulusan niat Rusia. "Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus segera menghentikan tembakan. Mengapa harus menunggu hingga 8 Mei?" tulisnya, mencerminkan keraguan yang mendalam di pihak Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara lebih tegas menuduh inisiatif gencatan senjata itu sebagai upaya manipulasi. Dalam pidato hariannya, Zelensky menyatakan bahwa ada "upaya manipulasi baru" dan mendesak semua pihak untuk menunggu dan melihat apa yang terjadi pada tanggal 8 Mei. Pernyataan ini mencerminkan ketidakpercayaan yang meluas di Ukraina terhadap setiap proposal dari Rusia, mengingat sejarah konflik yang panjang dan kompleks di antara kedua negara.

Pengumuman gencatan senjata ini bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh Rusia sejak konflik dimulai. Sebelumnya, Moskow juga mengumumkan gencatan senjata singkat selama perayaan Paskah. Namun, inisiatif tersebut dibayangi oleh klaim Ukraina bahwa wilayahnya terus diserang bahkan setelah gencatan senjata seharusnya berlaku.

Amerika Serikat, melalui juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce, menyatakan keseriusannya dalam membantu mengakhiri konflik tersebut. Senator AS Marco Rubio dilaporkan telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang langkah-langkah selanjutnya dalam negosiasi perdamaian dan perlunya mengakhiri perang sesegera mungkin. Pembicaraan ini terjadi sebelum pengumuman gencatan senjata oleh Putin.

Rubio menekankan pentingnya minggu-minggu mendatang dalam menilai upaya untuk mencapai perdamaian. Ia juga mencatat bahwa Amerika Serikat mungkin harus mempertimbangkan untuk memfokuskan sumber dayanya pada prioritas lain jika kemajuan yang berarti tidak dapat dicapai.

Berikut adalah poin-poin penting yang muncul dari berita ini:

  • Rusia mengumumkan gencatan senjata tiga hari yang bertepatan dengan Hari Kemenangan.
  • Ukraina menuduh Rusia melakukan manipulasi dan meragukan ketulusan niat Moskow.
  • Amerika Serikat menyatakan keseriusannya dalam memfasilitasi perundingan damai.
  • Ketidakpercayaan yang mendalam dan sejarah konflik yang kompleks terus mewarnai hubungan antara Rusia dan Ukraina.