Terlilit Utang Pinjol, Seorang Wanita Hampir Kehilangan Tempat Tinggal

Kisah pilu dialami Sarah (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 29 tahun yang nyaris kehilangan rumahnya akibat terjerat utang pinjaman online (pinjol). Perjuangan Sarah bermula ketika ia terpaksa mencari dana tambahan untuk biaya pengobatan ibunya yang sakit dan kebutuhan mendesak lainnya.

Sarah mengungkapkan bahwa awalnya ia hanya meminjam sekitar satu juta rupiah dari satu aplikasi pinjol. Namun, karena kebutuhan yang mendesak dan kurangnya pemahaman mengenai risiko pinjol, ia kemudian terjerat dalam lingkaran utang dari 20 aplikasi pinjol sekaligus, baik yang legal maupun ilegal. Total pinjaman yang ia ambil mencapai sekitar 20 juta rupiah.

"Awalnya saya pinjam dari satu aplikasi, tapi karena butuh lagi, saya gali lubang tutup lubang dari aplikasi lain. Sampai akhirnya jadi 20 aplikasi pinjol yang saya pakai," ungkap Sarah.

Beban utang Sarah semakin berat karena bunga dan denda keterlambatan yang terus menumpuk. Ia kesulitan membayar cicilan setiap bulannya, apalagi dengan gaji yang pas-pasan. Sarah juga harus membiayai sekolah adiknya dan membantu abangnya yang bekerja sebagai pengemudi ojek online.

"Gaji saya tidak cukup untuk semua kebutuhan. Ibu sakit, biaya sekolah adik, belum lagi cicilan asuransi ayah yang belum lunas," jelasnya.

Sarah pertama kali menggunakan pinjol pada tahun 2022, saat ia harus membayar tunggakan asuransi kesehatan ayahnya yang meninggal dunia. Ia merasa bingung karena masih harus membayar cicilan asuransi meskipun ayahnya sudah tiada.

"Ternyata asuransi itu tidak mengcover biaya pengobatan ayah saya. Jadi, saya tetap harus membayar cicilannya," tutur Sarah.

Dalam kondisi terdesak, Sarah sempat terpikir untuk menjual rumahnya agar bisa melunasi semua utang pinjolnya. Ia bahkan sudah menjual ponselnya untuk mengurangi beban utang, namun hasilnya tidak seberapa.

"Saya sempat mau jual rumah, tapi untungnya tidak jadi. Saya jual handphone dulu, tapi tetap saja kurang," kata Sarah.

Akhirnya, Sarah memutuskan untuk mencari bantuan dari teman-temannya. Ia meminjam uang dari mereka dan mencoba bernegosiasi dengan pihak pinjol untuk mendapatkan keringanan pembayaran. Ia meminta agar hanya membayar pokok utang tanpa bunga dan denda.

"Saya diajari teman untuk meminta keringanan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa melunasi utang-utang itu," ujar Sarah dengan lega.

Setelah berjuang keras, Sarah akhirnya berhasil keluar dari jeratan utang pinjol. Ia berharap pengalamannya ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain agar lebih berhati-hati dalam menggunakan layanan pinjol dan tidak mudah tergiur dengan tawaran pinjaman yang menggiurkan.