Tragedi di Laut Merah: Lebih dari 180 Migran Hilang Setelah Empat Kapal Tenggelam di Perairan Yaman dan Djibouti

Tragedi di Laut Merah: Ratusan Migran Hilang Setelah Empat Kapal Tenggelam

Sebuah tragedi kemanusiaan terjadi di perairan Laut Merah. Empat kapal yang membawa ratusan migran dilaporkan tenggelam di lepas pantai Yaman dan Djibouti pada Kamis malam, 6 Maret 2025. Insiden ini mengakibatkan sedikitnya satu korban jiwa dan lebih dari 180 orang dinyatakan hilang, menurut laporan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Berdasarkan keterangan Kepala Misi Negara IOM, Abdusattor Esoev, kepada kantor berita AFP, dua kapal karam di perairan Yaman. Kapal pertama diperkirakan membawa sekitar 30 migran, sementara kapal kedua mengangkut sekitar 150 orang. Para migran yang hilang di perairan Yaman ini mayoritas berasal dari Ethiopia, dengan lima orang diduga sebagai awak kapal berkewarganegaraan Yaman. Data yang diperoleh IOM menyebutkan bahwa setidaknya 57 orang di antara para penumpang kedua kapal tersebut adalah perempuan. Esoev mengungkapkan kekhawatirannya atas kemungkinan nihilnya korban selamat yang dapat ditemukan dalam pencarian yang sedang dilakukan bersama otoritas setempat.

"Kita berbicara tentang 186 orang yang mungkin sayangnya telah tewas di laut," ujar Esoev dengan nada penuh keprihatinan. Tim IOM saat ini bekerja sama dengan pihak berwenang Yaman untuk melakukan pencarian dan penyelamatan, meskipun harapan untuk menemukan korban selamat semakin tipis.

Sementara itu, di perairan Djibouti, dua kapal migran lainnya mengalami kecelakaan akibat cuaca buruk, tepatnya diterjang angin kencang. Meskipun satu orang dilaporkan tewas, IOM menyatakan bahwa sebagian besar penumpang berhasil diselamatkan berkat upaya penyelamatan yang dilakukan oleh tim IOM di Djibouti. Namun, detail lebih lanjut mengenai jumlah penumpang dan identitas korban jiwa masih belum dirilis secara resmi oleh IOM.

Arus migrasi dari Ethiopia menuju Yaman dan Djibouti melalui jalur laut yang berbahaya ini terus berlanjut, meskipun angka tersebut hingga saat ini belum mengalami penurunan. Sebagian besar migran yang menempuh jalur berbahaya ini berasal dari wilayah Tigray di Ethiopia, yang dilanda konflik bersenjata antara tahun 2020 dan 2022. Kondisi ini menyoroti semakin meningkatnya jumlah pengungsi dan migran yang nekat mengambil risiko tinggi demi mencari kehidupan yang lebih baik, namun seringkali berujung pada tragedi seperti yang baru-baru ini terjadi di Laut Merah.

IOM menekankan perlunya upaya internasional yang lebih besar dalam mengatasi akar permasalahan migrasi, termasuk konflik dan kemiskinan di negara asal migran, serta memperkuat upaya penyelamatan dan perlindungan bagi migran yang menempuh perjalanan laut yang berbahaya. Insiden tenggelamnya empat kapal migran ini menjadi pengingat akan betapa rentannya nyawa para migran yang tengah mencari perlindungan dan masa depan yang lebih cerah.