IHSG Terkoreksi Tipis di Pembukaan, Rupiah Berupaya Menguat di Tengah Sentimen Global

markdown Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini dengan pergerakan yang kurang menggembirakan, sedikit terkoreksi dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pada saat yang sama, nilai tukar Rupiah menunjukkan sinyal positif dengan berupaya menguat di pasar spot, di tengah berbagai sentimen ekonomi global yang memengaruhi pergerakan pasar.

Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 6.746,75, mengalami penurunan sebesar 2,31 poin atau 0,03 persen. Meskipun demikian, aktivitas perdagangan tetap ramai dengan 220 saham mencatatkan kenaikan harga, sementara 144 saham mengalami penurunan. Sebanyak 221 saham lainnya terpantau stagnan. Total nilai transaksi yang terjadi hingga saat ini mencapai Rp 746,49 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 1,54 miliar saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa penurunan data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan pasar. Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan penurunan jumlah lowongan pekerjaan, yang mengindikasikan adanya perlambatan dalam pasar tenaga kerja AS. Sektor perawatan kesehatan, bantuan sosial, serta layanan profesional dan bisnis menjadi bidang-bidang yang paling terdampak oleh penurunan ini. Kebijakan perdagangan yang diterapkan beberapa waktu lalu juga disebut-sebut sebagai penyebab melemahnya pasar tenaga kerja.

Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG memiliki potensi untuk menguat terbatas dengan level support di 6.640 dan resistance di 6.790. Level support IHSG berada di 6.708, 6.640, 6.585, dan 6.486, sementara level resistennya di 6.818, 6.908, dan 7.041. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bullish.

Di pasar regional, bursa saham Asia menunjukkan performa yang beragam. Strait Times Singapura naik 0,15 persen, sementara Shanghai Composite turun 0,13 persen. Nikkei 225 Jepang mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,06 persen, sedangkan Hang Seng Hong Kong mengalami penurunan sebesar 0,53 persen.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot menunjukkan tren penguatan. Data Bloomberg mencatat Rupiah berada pada level Rp 16.716,5 per Dolar AS, menguat 44,5 poin atau 0,27 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Ariston Tjendra, Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, mengatakan bahwa isu pelambatan ekonomi AS, termasuk pelemahan kondisi ketenagakerjaan, penurunan tingkat konsumsi, dan kenaikan inflasi akibat perang tarif, menjadi faktor yang menekan nilai Dolar AS terhadap mata uang lainnya. Namun, ia juga menekankan bahwa perang tarif ini dapat berdampak negatif pada ekonomi global secara keseluruhan dan memberikan sentimen negatif pada aset berisiko global.

Ariston menambahkan bahwa kabar mengenai penurunan indeks manufaktur China, yang dikaitkan dengan perang tarif, juga dapat memberikan sentimen negatif ke pasar keuangan. Meskipun demikian, penguatan nilai tukar regional terhadap Dolar AS dapat memberikan dorongan positif bagi Rupiah. Ia memperkirakan Rupiah berpotensi menguat ke arah 16.700, dengan level resisten di sekitar 16.800.