Inisiatif 'Apotek Hidup' dari Ipda La Ali: Transformasi Kesehatan Masyarakat di Kepulauan Aru

Di pelosok Kepulauan Aru, Maluku, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak besar telah mengubah cara masyarakat Desa Gulili mengakses layanan kesehatan. Adalah Ipda La Ali, mantan Bhabinkamtibmas yang kini menjabat sebagai Kapolsek Kepala Madang, yang pada tahun 2020 menggagas program 'apotek hidup' di desa tersebut. Kini, inisiatif tersebut terus dirasakan manfaatnya oleh warga setempat.

Kisah bermula ketika pandemi Covid-19 melanda Desa Gulili. Keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan menjadi tantangan besar bagi warga yang terpapar virus. Melihat kondisi ini, Said Patikaloba, Kepala Desa Gulili, berinisiatif mencari solusi bersama Ipda Ali, yang saat itu masih bertugas sebagai Bripka. Keduanya berdiskusi intensif untuk mencari cara mengatasi masalah penanganan warga yang terpapar Covid-19 namun sulit mendapatkan perawatan medis. Dari diskusi tersebut, tercetuslah ide brilian untuk menanam tanaman obat-obatan di lahan desa, yang kemudian dikenal sebagai 'apotek hidup'.

"Saya selaku kepala desa, berkoordinasi dengan teman-teman perangkat desa koordinasi dengan Pak Ali untuk kita kerjakan itu apotik hidup. Kita arahkan masyarakat membersihkan lahan di pinggir-pinggir kampung. Waktu itu bibit bibitnya kita ambil ada dari kebun, ada dari kota. Kurang lebih ada 2-3 hari itu membersihkan lahan, setelah bersih kita sama-sama menanam," ujar Said.

Lahan seluas 20x25 meter di pinggir desa disulap menjadi kebun tanaman obat yang berkhasiat. Berbagai jenis tanaman, seperti jahe, sereh, dan temulawak, ditanam secara padat. Tanaman-tanaman ini dipercaya memiliki khasiat untuk meredakan gejala Covid-19 seperti batuk dan demam. Masyarakat pun dapat dengan mudah mengakses tanaman obat ini secara gratis.

Inisiatif 'apotek hidup' ini tidak hanya memberikan solusi praktis bagi masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam lokal untuk pengobatan tradisional. Masyarakat desa secara aktif terlibat dalam merawat dan melestarikan 'apotek hidup' ini.

Ipda Ali menceritakan bahwa ide awal 'apotek hidup' ini muncul dari istrinya yang berprofesi sebagai bidan. Sebelum menggagas 'apotek hidup' di lahan desa, ia telah lebih dulu menanam tanaman obat di lahan miliknya sendiri. Ketika pandemi melanda, ia pun tergerak untuk berbagi pengetahuannya dengan masyarakat.

"Tanaman-tanaman itu kita campur, kita rebus, terus kita kasih minum yang sakit itu. Setelah berhasil kita kasih minum, masyarakat itu sangat terbantukan," kata Ali.

Bersama sang istri, Ipda Ali menjelajahi kampung-kampung, menyeberangi sungai dan laut, hingga mendaki gunung untuk mencari tanaman obat yang berkhasiat. Mereka kemudian menanam tanaman-tanaman tersebut di 'apotek hidup' desa.

Kini, meski telah bertugas di tempat lain, Ipda Ali merasa bangga dan bersyukur karena 'apotek hidup' yang ia gagas masih terus dirawat dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Gulili. Inovasi ini tidak hanya membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan, tetapi juga menjadi simbol semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama.

Atas dedikasinya ini, Ipda Ali diusulkan oleh Kepala Desa Gulili Said Patikaloba menjadi salah satu kandidat Hoegeng Awards 2025. Bahkan di tahun 2022, Ipda Ali telah menerima penghargaan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui Polda Maluku, yang kemudian memotivasinya untuk melanjutkan pendidikan hingga menjadi perwira dan menjabat sebagai Kapolsek Kepala Madang.