Perjuangan Tukang Becak Lumajang Wujudkan Mimpi Haji Setelah Puluhan Tahun Menabung
Mimpi Baitullah di Balik Kemudi Becak: Kisah Inspiratif Syaifudin
Di sebuah sudut kota Lumajang, Jawa Timur, hiduplah seorang pria bernama Syaifudin, bukan seorang tokoh ternama, bukan pula seorang pejabat tinggi. Ia hanyalah seorang tukang becak, profesi yang mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Namun, di balik kesederhanaannya, Syaifudin menyimpan sebuah mimpi besar, sebuah cita-cita luhur yang membara dalam hatinya: menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.
Mimpi ini bukan sekadar angan-angan kosong. Sejak tahun 1978, di tengah kerasnya kehidupan dan minimnya pendapatan, Syaifudin dengan gigih menyisihkan sebagian kecil hasil keringatnya dari mengayuh becak. Setiap lembar rupiah yang terkumpul, ia masukkan ke dalam arisan, sebuah sistem tabungan bersama yang umum di kalangan masyarakat kecil. Saat tiba gilirannya menerima arisan, tanpa ragu, ia langsung menyetorkan uang tersebut ke bank, menambah pundi-pundi tabungannya yang terus bertambah.
Perjalanan Panjang Menuju Tanah Suci
Perjuangan Syaifudin tidaklah mudah. Mengayuh becak di tengah terik matahari dan guyuran hujan bukanlah pekerjaan yang ringan. Namun, bayangan Baitullah seolah menjadi pelecut semangatnya, memberinya kekuatan untuk terus berjuang. Ia percaya, dengan kerja keras dan doa, mimpinya pasti akan terwujud.
Setelah 34 tahun menabung, pada tahun 2012, impian Syaifudin mulai menemukan titik terang. Uang tabungannya telah mencapai jumlah yang cukup untuk mendaftar haji bersama sang istri tercinta, Sofiah. Tanpa menunda-nunda lagi, mereka segera mendaftarkan diri, menaruh harapan besar agar dapat segera memenuhi panggilan Ilahi.
Rintangan dan Ujian Kesabaran
Namun, perjalanan Syaifudin menuju tanah suci tidaklah semulus yang dibayangkan. Setelah mendaftar, ia harus menunggu giliran keberangkatan. Selama masa penantian itu, ia menghadapi berbagai rintangan dan cobaan. Pendapatannya sebagai tukang becak semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia dan maraknya transportasi online. Ia pun sempat merasa khawatir tidak dapat melunasi biaya haji.
Di tengah kebimbangannya, Syaifudin mengumpulkan keempat anaknya. Ia menceritakan kondisinya dan meminta bantuan mereka. Tak disangka, keempat anaknya yang berbakti itu dengan sukarela memberikan dukungan finansial. Mereka patungan untuk melunasi biaya haji kedua orang tua mereka. Kebahagiaan Syaifudin tak terbendung. Ia sangat bersyukur memiliki anak-anak yang saleh dan perhatian.
Teladan Kesabaran dan Keyakinan
Kisah Syaifudin adalah kisah tentang kesabaran, kegigihan, dan keyakinan. Ia adalah contoh nyata bahwa dengan kemauan yang kuat dan usaha yang tak kenal lelah, mimpi setinggi apapun dapat diraih. Semangatnya yang membara dan keyakinannya kepada Allah SWT patut dijadikan teladan bagi kita semua, terutama bagi generasi muda.
Syaifudin, seorang tukang becak sederhana, telah membuktikan bahwa status sosial dan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita luhur. Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa, seorang inspirator yang mengajarkan kita tentang arti pentingnya kerja keras, kesabaran, dan keyakinan kepada Tuhan.