Kedermawanan Jemaah Haji Indonesia di Tanah Suci: Antara Berkah dan Potensi Eksploitasi

Kedermawanan jemaah haji Indonesia telah menjadi ciri khas yang dikenal luas di Tanah Suci. Semangat berbagi, tanpa memandang status sosial atau ekonomi penerima, tumbuh subur sebagai bagian dari niat tulus untuk menyempurnakan ibadah, baik yang bersifat pribadi maupun sosial.

Menurut Sofyan Hadi, Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Karanganyar, tradisi bersedekah ini telah mengakar kuat, diwariskan dari generasi ke generasi oleh para tokoh agama. Para jemaah haji Indonesia tanpa ragu memberikan sedekah meskipun dalam keterbatasan ekonomi.

Target Sedekah dan Modus Oknum

Petugas kebersihan di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sering menjadi sasaran sedekah para jemaah. Mereka bahkan sudah mengenali ciri khas jemaah Indonesia dan tak jarang memanggil mereka dengan sebutan "Haji Indonesia" untuk menarik perhatian.

Namun, ironisnya, kedermawanan ini terkadang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Salah satu contohnya adalah praktik yang dilakukan oleh oknum sopir bus pengangkut jemaah haji.

Para sopir ini kerap kali meminta "baksis" atau uang sedekah kepada jemaah. Jika permintaan mereka tidak dipenuhi, mereka tak segan memperlambat laju bus atau bahkan mematikan pendingin udara sebagai bentuk tekanan.

Imbauan dan Persiapan Jemaah

Meski Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan imbauan agar jemaah tidak memberikan uang kepada petugas, praktik ini masih terus berlanjut dari tahun ke tahun. Jemaah Indonesia, dengan jiwa sosial yang tinggi, sering kali sulit untuk menolak permintaan tersebut.

Fenomena ini sudah diantisipasi oleh para calon jemaah haji. Fathu Kurniawan, seorang calon jemaah asal Kaliboto, Mojogedang, Karanganyar, bahkan telah menyiapkan dua paket uang sedekah dalam pecahan Real Saudi sebelum keberangkatannya. Ia menukarkan rupiah lebih awal untuk memastikan ketersediaan pecahan kecil yang dibutuhkan.

Persiapan ini mencerminkan kesadaran para jemaah akan tradisi sedekah di Tanah Suci, sekaligus antisipasi terhadap potensi permintaan yang mungkin muncul selama menjalankan ibadah haji.