Regenerasi Budaya: Menyongsong Bonus Demografi dengan Penguatan Ekosistem Seni
Indonesia, negeri dengan ribuan suku dan bahasa yang tersebar di berbagai pulau, menghadapi tantangan besar dalam melestarikan warisan budayanya. Di tengah potensi ekonomi kreatif yang signifikan, regenerasi seniman dan pelaku budaya menjadi krusial untuk memastikan keberlanjutan tradisi di era modern.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya periode bonus demografi 2030-2045 sebagai momentum emas bagi Indonesia. Namun, bonus demografi ini tidak akan berdampak positif jika generasi muda tidak terlibat aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Justru di era digital ini, para pelaku budaya memiliki ruang yang lebih luas untuk berekspresi dan berkembang.
Menjadi seniman, penulis, penenun, atau dalang bukan hanya tentang melestarikan tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang nyata. Oleh karena itu, penting untuk membangun ekosistem seni yang adaptif dan menjanjikan masa depan bagi generasi muda.
Namun, generasi muda menghadapi berbagai tantangan, termasuk stigma sosial, pengangguran, kesenjangan keterampilan, dan batasan usia kerja. Di sisi lain, pendanaan untuk seni dan budaya seringkali terabaikan, padahal Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa kebudayaan adalah DNA bangsa yang harus dioptimalkan.
Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya hadir sebagai solusi holistik. Program ini bertujuan untuk mendeteksi dan membina bakat-bakat seni tradisional, meningkatkan kesejahteraan seniman, dan membuka akses pasar global bagi karya-karya lokal.
Tantangan Regenerasi di Berbagai Daerah
Di Cirebon, mayoritas pembatik tulis berusia di atas 50 tahun, dan hanya sedikit generasi muda yang tertarik meneruskan tradisi ini karena upah yang tidak sepadan. Di Banten, seni Wayang Garing terancam punah karena hanya tersisa satu dalang tanpa murid baru. Para maestro seni tradisi semakin kesulitan mencari penerus, menunjukkan bahwa tanpa dukungan dan insentif yang nyata, kekayaan budaya akan terkubur oleh waktu.
Ekspor industri kreatif yang mencapai USD 17,4 miliar pada Triwulan III-2023 menunjukkan adanya kesenjangan antara nilai ekonomi budaya dan menurunnya semangat regenerasi akibat stigma finansial, minimnya fasilitas pelatihan, dan ketiadaan peta jalan global bagi bakat lokal. MTN Seni Budaya harus dibangun dengan fondasi yang kuat di akar rumput dan puncak yang menjulang ke panggung dunia, dengan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, industri, dan akademisi.
Strategi Penguatan Ekosistem Seni
- Deteksi Bakat Sejak Dini: Mengintegrasikan praktik menari, membatik, dan menembang dalam kurikulum SD-SMP untuk memperkenalkan tradisi kepada anak-anak sejak dini.
- Cultural Scouts: Membentuk tim yang bertugas menjangkau desa-desa terpencil untuk menemukan dan membimbing talenta-talenta terpendam, dari sanggar komunitas hingga residensi di kota-kota budaya.
- Kesejahteraan Seniman: Meningkatkan kesejahteraan seniman melalui perluasan BPJS Ketenagakerjaan, insentif pajak bagi industri yang memberdayakan talenta lokal, dan skema royalti yang adil.
- Dana Indonesiana: Memanfaatkan Dana Indonesiana sebesar Rp 2 triliun sebagai katalis untuk pembiayaan proyek jangka panjang dan kurasi berskala global.
- Platform Digital Indonesia Artverse: Mengembangkan platform digital sebagai galeri virtual dan marketplace internasional yang terhubung dengan Sistem Informasi Manajemen Talenta untuk memetakan seniman, memantau perkembangan karya, dan membuka peluang kolaborasi lintas disiplin.
Peta Jalan yang Jelas
Indonesia memiliki banyak seniman berbakat, namun yang dibutuhkan adalah peta jalan yang jelas dari deteksi bakat hingga panggung global. Perpres MTN 108/2024 adalah langkah progresif, tetapi keberhasilannya bergantung pada kolaborasi di lapangan.
- MTN Lab: Membangun jaringan laboratorium seni di setiap provinsi sebagai pusat inovasi, tempat seniman muda belajar dari maestro melalui residensi dan lokakarya intensif.
- Konsorsium Festival: Menyatukan ratusan festival budaya dalam satu peta untuk menghindari tumpang tindih acara dan memberikan ruang bagi karya lokal.
- MTN International Hub: Mengirim seniman berbakat untuk residensi atau ajang seni global.
- MTN Award: Memberikan penghargaan dan pendanaan lanjutan untuk karya yang berani dan visioner.
Dengan sistem yang konsisten, diharapkan akan lahir ekosistem di mana para seniman dari berbagai bidang (musik, film, pertunjukan, rupa, dan sastra) dapat menjadi duta budaya dunia. Pertanyaan yang harus dijawab bukanlah "mampukah kita?", tetapi "seberapa serius komitmen kita?" dalam merawat seni budaya sebagai bagian dari masa depan bangsa.