Hipertensi: Ancaman Tersembunyi dan Pentingnya Deteksi Dini

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, seringkali dijuluki sebagai silent killer karena perkembangannya yang tanpa gejala pada tahap awal. Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, Sp.PD(K), menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi ini, mengingat potensi kerusakan organ yang dapat terjadi sebelum gejala menjadi jelas.

Kerusakan organ akibat hipertensi seringkali baru terdeteksi setelah muncul komplikasi serius, seperti serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal. Oleh karena itu, pemahaman tentang tanda-tanda awal dan metode pemeriksaan hipertensi sangat krusial untuk deteksi dini dan pencegahan dampak jangka panjang. Meskipun sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala apapun, bahkan ketika tekanan darah sudah mencapai tingkat berbahaya, kesadaran akan potensi risiko sangatlah penting.

Gejala Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

Walaupun seringkali tanpa gejala, beberapa orang dengan tekanan darah tinggi mungkin mengalami:

  • Sakit kepala: Muncul secara tiba-tiba, namun bukan gejala khas dan sering kali tidak langsung dikaitkan dengan hipertensi.
  • Sesak napas: Perasaan napas pendek atau cepat lelah bisa muncul jika tekanan darah sudah cukup tinggi hingga memengaruhi fungsi jantung atau paru.
  • Mimisan: Mimisan mendadak bisa terjadi, namun sangat jarang dan biasanya baru timbul ketika hipertensi telah mencapai tingkat yang parah atau mengancam jiwa.

Namun, penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak spesifik dan umumnya baru muncul jika tekanan darah sudah sangat tinggi dan berpotensi membahayakan jiwa.

Metode Pemeriksaan Tekanan Darah

Satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah menggunakan alat bernama sfigmomanometer. Pemeriksaan ini sederhana, tidak menyakitkan, dan hanya memerlukan waktu beberapa menit.

Prosedur umum pemeriksaan tekanan darah meliputi:

  1. Penggunaan manset (cuff) di lengan: Alat pengukur dibalutkan di lengan atas, lalu dipompa hingga mengencang untuk menghentikan sementara aliran darah.
  2. Pendengaran dengan stetoskop: Dokter atau perawat akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara aliran darah yang muncul dan hilang di area siku. Suara pertama menandakan tekanan sistolik, dan suara terakhir menunjukkan tekanan diastolik.

Interpretasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah:

  • Normal: Sistolik < 120 mmHg dan Diastolik < 80 mmHg
  • Tekanan Darah Tinggi Tahap 1: Sistolik 130–139 atau Diastolik 80–89 mmHg
  • Tekanan Darah Tinggi Tahap 2: Sistolik ≥ 140 atau Diastolik ≥ 90 mmHg

Jika hasil pengukuran menunjukkan tekanan darah tinggi, pemeriksaan lanjutan mungkin diperlukan untuk menilai potensi kerusakan organ. Pemeriksaan ini meliputi:

  • Tes darah dan urine untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan kadar elektrolit
  • Elektrokardiogram (EKG) untuk mendeteksi gangguan listrik jantung
  • Ekokardiogram guna melihat ketebalan otot jantung atau pembesaran ruang jantung
  • Foto rontgen dada untuk menilai ukuran jantung
  • Doppler ultrasonografi untuk menilai aliran darah di pembuluh arteri

Pemeriksaan menyeluruh ini membantu mengidentifikasi penyebab hipertensi dan mendeteksi komplikasi yang mungkin telah terjadi.

Dr. Andi menekankan bahwa hipertensi adalah kondisi serius yang tidak boleh diabaikan, bahkan jika tidak ada gejala yang dirasakan. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama bagi individu berusia di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, merupakan langkah penting untuk mencegah komplikasi serius. Dengan pengawasan medis yang tepat dan gaya hidup sehat, risiko akibat tekanan darah tinggi dapat dikendalikan dengan lebih efektif.