Bubur Palopo: Warisan Kuliner Sumbawa Barat yang Melejit di Bulan Ramadhan

Bubur Palopo: Warisan Kuliner Sumbawa Barat yang Melejit di Bulan Ramadhan

Di tengah ramainya pasar takjil Ramadhan di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), sebuah sajian tradisional berhasil mempertahankan popularitasnya: Bubur Palopo. Bubur yang dalam bahasa lokal berarti "bubur kerbau" ini bukan sekadar hidangan berbuka puasa, melainkan warisan budaya yang kaya sejarah dan dipercaya memiliki khasiat meningkatkan stamina. Selama bulan Ramadhan, penjual Bubur Palopo mudah ditemukan di sekitar pasar tradisional Taliwang dan lapak UMKM, menjadi bukti daya tarik kuliner ini bagi masyarakat setempat dan wisatawan.

Ramla, salah seorang perajin Bubur Palopo di Lingkungan Bugis, Kecamatan Taliwang, menjelaskan bahwa resep pembuatan bubur ini telah diwariskan secara turun-temurun selama puluhan tahun. Puncak kepopulerannya, menurut cerita turun temurun, terjadi sekitar tahun 1962, beriringan dengan melimpahnya populasi kerbau di Pulau Sumbawa yang menjadi sumber utama bahan baku utama bubur ini, yaitu susu kerbau. Kini, Bubur Palopo bersama permen susu kerbau, menjadi ikon kuliner tradisional Sumbawa Barat yang tak lekang oleh waktu. "Bubur Palopo dipercaya bisa memulihkan stamina setelah seharian berpuasa, sekaligus meningkatkan vitalitas," ungkap Ramla. Harga yang terjangkau, sekitar Rp 5.000-Rp 10.000 per porsi, semakin menambah daya tariknya.

Proses pembuatan Bubur Palopo terbilang sederhana namun tetap mempertahankan keaslian resepnya. Susu kerbau segar diperah langsung, kemudian dicampur dengan gula merah dan air rebusan terong kuning (disebut terung para dalam bahasa setempat). Terong kuning berperan penting dalam mengentalkan susu dan membantu proses fermentasi, menciptakan tekstur puding yang khas. Setelah dikukus selama 30 menit, adonan didinginkan dan siap disajikan. "Rasanya gurih dari susu, lembut, dan manis," tutur Ramla menggambarkan cita rasa Bubur Palopo. Bubur yang berwarna cokelat ini disajikan dalam mangkok, dengan kuah gula merah di atasnya. Untuk perjalanan jauh, tersedia juga pengemasan modern yang memungkinkan bubur bertahan hingga seharian tanpa pendingin, atau 2-3 hari jika disimpan di kulkas.

Keunikan Bubur Palopo tidak hanya terletak pada rasanya yang lezat dan khasiatnya yang dipercaya, tetapi juga pada sejarahnya yang panjang. Ade, salah satu pembeli, menuturkan bahwa dulunya susu kerbau hanya diberi garam dan dijadikan lauk. Namun, seiring waktu, terjadi modifikasi hingga menghasilkan sajian manis seperti Bubur Palopo yang kita kenal sekarang. Meskipun tren kuliner modern terus bermunculan, popularitas Bubur Palopo di Kecamatan Taliwang, khususnya di Lingkungan Kelurahan Bugis, Dalam, dan Sampir, tetap terjaga. Bubur ini tak hanya menjadi menu favorit saat berbuka puasa (ngabuburit), tetapi juga oleh-oleh khas yang banyak dicari wisatawan.

Bubur Palopo bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga representasi kekayaan budaya kuliner Sumbawa Barat yang patut dilestarikan dan dipromosikan lebih luas. Cita rasa uniknya, proses pembuatan tradisional yang tetap dijaga, dan khasiat yang dipercaya menjadikan Bubur Palopo sebagai ikon kuliner yang tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghangatkan jiwa. Bagi para pelancong yang berkunjung ke Sumbawa Barat, mencicipi Bubur Palopo merupakan pengalaman kuliner yang tak boleh dilewatkan.