PKS Ingatkan Potensi Ancaman di Balik Bonus Demografi Indonesia
Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Salim Segaf Al-Jufri, menyampaikan pandangannya mengenai bonus demografi yang dihadapi Indonesia. Dalam acara Milad ke-23 PKS di Jakarta, Salim Segaf menyoroti bahwa bonus demografi, jika tidak dikelola dengan tepat, justru dapat menjadi sumber masalah serius bagi bangsa.
Salim Segaf menekankan bahwa dengan mayoritas penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (14-64 tahun), potensi pengangguran massal menjadi ancaman nyata apabila pemerintah dan seluruh elemen masyarakat tidak mempersiapkan diri dengan baik. Ia menggarisbawahi pentingnya pengelolaan yang efektif agar potensi besar ini tidak berbalik menjadi bencana.
Lebih lanjut, Salim Segaf menyoroti kondisi pendidikan di Indonesia yang dinilai masih berada di bawah standar global. Ia juga menyinggung degradasi moral yang menurutnya semakin mengkhawatirkan, dengan maraknya berbagai perilaku negatif seperti judi online, seks bebas, pornografi, dan pronoaksi. Menurutnya, hal ini diperparah dengan masuknya paham-paham liberal yang kebablasan dan mengancam nilai-nilai luhur bangsa.
Salim Segaf mengajak seluruh elemen bangsa untuk tetap optimis dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Ia meyakini, dengan kerja keras dan pengelolaan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi ini untuk kemajuan bangsa.
Pernyataan Salim Segaf ini muncul di tengah diskusi hangat mengenai bonus demografi. Sebelumnya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga telah menyampaikan pandangannya melalui sebuah video monolog. Gibran menekankan bahwa Indonesia berada dalam momen krusial di tengah berbagai tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim.
Gibran meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan. Ia menyebutkan bahwa pada periode 2030-2045, sekitar 208 juta penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif, yang merupakan peluang emas untuk memajukan bangsa. Gibran juga menekankan bahwa bonus demografi ini harus dikelola dengan baik agar tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi menjadi solusi untuk masa depan Indonesia.
Kedua tokoh ini, Salim Segaf dan Gibran Rakabuming Raka, sama-sama menyoroti pentingnya pengelolaan bonus demografi dengan bijak. Perbedaan perspektif terletak pada penekanan aspek-aspek yang perlu diperhatikan. Salim Segaf lebih menekankan pada potensi ancaman dan degradasi moral, sementara Gibran lebih menekankan pada peluang dan potensi kemajuan. Namun, keduanya sepakat bahwa bonus demografi adalah momentum penting yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan Indonesia.