Kematian Mahasiswa UKI: Saksi Mata Ungkap Dugaan Kekerasan Sebelum Korban Meninggal

Kesaksian Saksi Mata Mengguncang Kasus Kematian Mahasiswa UKI

Kasus kematian Kenzha Ezra Walewangko, seorang mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), memasuki babak baru dengan munculnya kesaksian dari dua orang yang dihadirkan oleh pihak keluarga korban. Kedua saksi mata tersebut memberikan keterangan yang berbeda dari narasi yang sebelumnya disampaikan oleh pihak kepolisian.

Dalam forum yang digelar di Komisi III DPR, kedua saksi kunci, yang diidentifikasi sebagai Eril dan Eliza Gilbert, memaparkan kronologi kejadian yang mereka saksikan langsung di lingkungan kampus UKI pada malam nahas tersebut. Kesaksian mereka menggugah perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan baru terkait penyebab kematian Kenzha.

Kontradiksi Kesaksian: Mabuk, Keributan, dan Dugaan Kekerasan

Eril, yang mengaku berada di lokasi kejadian sejak awal, menjelaskan bahwa situasi awalnya masih terkendali meskipun Kenzha dalam keadaan mabuk dan bersuara keras. Namun, suasana mulai memanas ketika seorang teman Kenzha memintanya untuk berhenti berteriak dan pulang. Kehadiran sejumlah petugas keamanan kampus semakin menambah ketegangan.

"Situasi sudah mulai tidak kondusif dan ada beberapa sekuriti yang datang," ujar Eril.

Eril mengaku sempat berupaya menjauhkan Kenzha dari keributan, tetapi ia kehilangan jejak korban saat Eliza menariknya. Eril mengaku tidak melihat secara langsung adanya tindakan pemukulan terhadap Kenzha.

Kesaksian berbeda datang dari Eliza Gilbert. Ia mengklaim menyaksikan langsung aksi kekerasan yang dilakukan terhadap Kenzha. Eliza menyebut tiga nama, yaitu Geri, Thomas, dan Delon, sebagai pelaku yang mendekati korban dan melakukan tindakan agresif.

"Geri, Thomas, dan Delon ini menghampiri korban untuk meminta keterangan. Kenapa lo masih teriak-teriak seperti itu? Tidak lama kemudian, si Geri memukul dia. Memukul korban," kata Eliza.

Eliza menambahkan bahwa Kenzha terlihat tidak berdaya, bibirnya berdarah, dan sempat dibangunkan untuk dibawa ke sepeda motor. Namun, kekerasan berlanjut.

Tuduhan Pembenturan Kepala ke Aspal

Eliza melanjutkan kesaksiannya dengan menggambarkan adegan yang lebih mengerikan. Ia menyebutkan bahwa salah satu pelaku, Thomas, berhasil melepaskan diri dari pengawasan petugas keamanan dan berlari ke arah korban.

"Thomas ini lepas dari jeratan sekuriti, berlari ke arah korban sampai akhirnya saya mendengar suara tulang ketemu tulang, kencang sekali, itu di badan korban," ungkap Eliza.

Lebih lanjut, Eliza menuturkan bahwa Kenzha dibanting hingga kepalanya terbentur ke aspal sebanyak tiga kali.

"Sampai akhirnya korban jatuh, kepala korban sampai dibenturkan ke aspal di kepala belakang sebelah kanan sebanyak tiga kali," ujarnya dengan nada emosional.

Menurut Eliza, situasi semakin mencekam ketika para pelaku diduga memaksa seorang pria yang merekam kejadian tersebut untuk menghapus seluruh video dari perangkatnya. Eliza menduga pria tersebut adalah karyawan kampus dan memintanya untuk bersedia menjadi saksi.

Kontra dengan Pernyataan Polisi

Kesaksian Eliza sangat kontras dengan pernyataan pihak kepolisian yang sebelumnya menyatakan tidak ada tindak kekerasan dalam kasus ini. Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, bahkan menegaskan bahwa tidak ada pengeroyokan dalam insiden tersebut.

"Tidak terlihat terjadi pengeroyokan. Keributan iya, tetapi tidak ada pengeroyokan seperti yang disampaikan," kata Kombes Nicolas.

Menurut Kombes Nicolas, video yang beredar di media sosial telah dimodifikasi dan tidak menunjukkan adanya tindakan kekerasan. Ia juga menambahkan bahwa Kenzha terjatuh sendiri tanpa ada sentuhan dari orang lain.

Berdasarkan hasil penyelidikan dan keterangan saksi-saksi, Kombes Nicolas menyimpulkan bahwa tidak ada unsur pidana dalam kasus ini dan penyelidikan akan dihentikan.

Namun, dengan munculnya kesaksian Eril dan Eliza, kasus ini kembali menjadi sorotan. Pihak keluarga korban berharap agar pihak kepolisian dapat melakukan penyelidikan ulang dan mengungkap fakta yang sebenarnya di balik kematian Kenzha Ezra Walewangko.