Ketegangan Meningkat: Pakistan Khawatir Serangan India Menyusul Insiden Kashmir

Kashmir kembali menjadi pusat perhatian dunia seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Pakistan dan India. Pakistan menyatakan kekhawatirannya atas potensi serangan militer dari India, menyusul insiden tragis yang menewaskan sejumlah turis di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Pakistan mengklaim memiliki informasi intelijen yang dapat dipercaya yang mengindikasikan bahwa India berencana melancarkan operasi militer dalam waktu dekat, diperkirakan antara 24 hingga 36 jam. Kekhawatiran ini muncul setelah serangan yang terjadi di Pahalgam pada 22 April, di mana sekelompok pria bersenjata menargetkan umat Hindu, menewaskan 26 orang. India telah mengidentifikasi para pelaku, termasuk dua warga negara Pakistan, sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Pakistan dengan tegas membantah keterlibatan dalam serangan Pahalgam dan menyerukan penyelidikan independen untuk mengungkap fakta sebenarnya. Sementara itu, pemerintah India belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan yang dilayangkan oleh Pakistan. Situasi ini semakin memperkeruh hubungan kedua negara, yang telah lama bersitegang akibat sengketa wilayah Kashmir.

Di belahan dunia lain, seorang paramedis Palestina bernama Asaad Al-Nsasrah telah dibebaskan oleh otoritas Israel setelah sebelumnya ditangkap di Gaza selatan. Al-Nsasrah ditangkap saat ia dan rekan-rekannya diserang oleh pasukan Israel. Pembebasannya disambut baik oleh Palestinian Red Crescent Society (PRCS), yang sebelumnya выразила keprihatinan atas keselamatannya.

Vietnam bersiap untuk merayakan peringatan 50 tahun reunifikasi negara di bawah pemerintahan komunis, sebuah peristiwa yang dikenal di dunia barat sebagai Kejatuhan Saigon. Perayaan ini akan diisi dengan parade militer besar-besaran yang melibatkan ribuan tentara, polisi, dan warga sipil. Jet tempur dan helikopter juga akan melakukan demonstrasi udara di atas kota Ho Chi Minh, sebagai simbol kemenangan komunis atas Amerika Serikat.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan kesediaannya untuk berbicara dengan Perdana Menteri Australia mengenai isu perdagangan. Hal ini menyusul upaya pemerintah Australia untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Trump mengenai kebijakan tarif yang kontroversial, termasuk tarif minimum 10 persen untuk hampir semua impor dan tarif 25 persen untuk produk-produk tertentu seperti aluminium dan baja.