Serangan Jantung Dini Mengintai Generasi Muda: Gaya Hidup Sedentari Jadi Pemicu Utama

Kardiovaskular, yang dahulu lekat dengan usia senja, kini semakin mengkhawatirkan kelompok usia muda. Perubahan gaya hidup yang drastis menjadi faktor utama pergeseran tren penyakit jantung ini.

Dr. Budi Rahmat, SpBTKV, SubspJPK(K), seorang spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular dari Siloam Hospital Lippo Village, menyoroti perbedaan signifikan antara generasi saat ini dan generasi sebelumnya. Faktor lingkungan, kualitas udara, pola aktivitas, dan terutama pola makan, berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit jantung pada usia muda.

"Makanan cepat saji yang mudah diakses, ditambah dengan minimnya aktivitas fisik akibat terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai, menyebabkan penurunan fungsi jantung," ujar dr. Budi saat pertemuan media di Kabupaten Tangerang, Banten.

Kurangnya aktivitas fisik membuat jantung tidak terlatih untuk menghadapi beban kerja yang berat. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap aktivitas fisik yang intens.

Dr. Budi menekankan pentingnya kesadaran akan kondisi ini, terutama bagi generasi muda. Jantung yang tidak terbiasa dengan aktivitas berat berpotensi mengalami kolaps ketika dipaksa bekerja di luar kemampuannya.

"Seseorang yang terbiasa duduk dan bermain gawai, kemudian tiba-tiba diajak berlari, sangat berisiko mengalami masalah jantung," jelasnya.

Untuk mencegah hal ini, dr. Budi mengimbau generasi muda untuk menjauhi gaya hidup sedentary dan meningkatkan aktivitas fisik secara teratur. Ia menyarankan agar anak muda mengurangi waktu bermain gawai dan lebih banyak berinteraksi sosial serta beraktivitas di alam terbuka.

"Penting untuk mengedukasi anak muda tentang bahaya gaya hidup sedentary. Ajak mereka untuk lebih banyak bersosialisasi dan melakukan aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot tubuh," pungkasnya. Dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, diharapkan generasi muda dapat terhindar dari ancaman penyakit jantung di usia dini.