Industri Nasional Terancam Perang Tarif Global, Kemenperin Ungkap Kekhawatiran
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) baru-baru ini menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait dampak perang tarif global terhadap keberlangsungan dan daya saing industri nasional. Gejolak ekonomi internasional ini dinilai berpotensi mengganggu akses pasar ekspor produk-produk Indonesia, serta mengacaukan stabilitas rantai pasok global yang selama ini menjadi tumpuan industri.
Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengungkapkan bahwa pelaku industri telah menyampaikan keluh kesah mereka terkait kondisi ini. Perang tarif yang berkecamuk menciptakan ketidakpastian dan tekanan yang signifikan bagi dunia usaha. Hal ini disampaikan dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) periode April 2025 di Jakarta.
"Kami menerima banyak masukan dari industri yang merasa tertekan dengan eskalasi perang tarif global," ujar Febri. "Kekhawatiran utama mereka adalah terhambatnya penetrasi produk-produk Indonesia ke pasar internasional, serta potensi disrupsi yang dapat terjadi pada rantai pasok global."
Survei yang dilakukan Kemenperin menunjukkan dinamika yang beragam di kalangan pelaku industri. Meskipun 47,9 persen responden melaporkan adanya peningkatan kondisi usaha dibandingkan bulan sebelumnya, dan 25,9 persen menyatakan kondisi stabil, sebagian pelaku industri lainnya justru mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa dampak perang tarif tidak merata, dan ada sektor-sektor tertentu yang lebih rentan terhadap guncangan ekonomi global.
Prospek ke depan pun menunjukkan adanya penurunan optimisme di kalangan pelaku industri. Meskipun mayoritas (66,8 persen) masih yakin bahwa kondisi usaha akan membaik dalam enam bulan mendatang, angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 69,2 persen. Sebaliknya, jumlah pelaku industri yang pesimis justru mengalami peningkatan, dari 6,3 persen menjadi 8,5 persen.
Penurunan Indeks Kepercayaan Industri (IKI)
Laporan IKI April 2025 menunjukkan adanya perlambatan aktivitas industri. Indeks tersebut tercatat sebesar 51,90 poin, mengalami penurunan sebesar 1,08 poin dibandingkan Maret 2025 yang mencapai 52,98 poin. Meskipun masih berada di zona ekspansif (di atas 50 poin), penurunan ini menjadi sinyal kewaspadaan terhadap potensi dampak negatif perang tarif.
Secara year-on-year, IKI April 2025 juga mengalami penurunan sebesar 0,4 poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (52,3 poin). Febri menjelaskan bahwa penurunan ini terjadi seiring dengan perkembangan situasi global, termasuk pengumuman tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump pada awal April 2025.
Sektor Industri yang Terdampak
Kemenperin mencatat bahwa terdapat 20 subsektor industri yang masih mampu mencatatkan ekspansi pada April 2025. Subsektor-subsektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, mencapai 91,9 persen.
Subsektor dengan IKI tertinggi pada bulan ini adalah industri percetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri barang galian bukan logam. Sementara itu, tiga subsektor tercatat mengalami kontraksi, yaitu industri kulit dan alas kaki, industri kayu dan produk turunannya, serta industri kendaraan bermotor dan trailer.
Berikut daftar sektor yang mengalami kontraksi:
- Industri kulit dan alas kaki
- Industri kayu dan produk turunannya
- Industri kendaraan bermotor dan trailer