Prabowo Subianto Apresiasi Upaya Sri Mulyani dalam Negosiasi Tarif dengan AS
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini menghadap Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan untuk menyampaikan laporan terkait upaya negosiasi tarif yang digagas oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Prabowo memberikan apresiasi atas laporan yang disampaikan oleh Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa laporan tersebut mencakup berbagai agenda penting, termasuk perjalanannya ke Washington DC dan London, partisipasinya dalam forum G20, pertemuan dengan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia, serta serangkaian pertemuan bilateral. Selain itu, laporan tersebut juga menyinggung interaksinya dengan para investor.
Meski enggan memberikan rincian spesifik mengenai arahan yang diberikan oleh Presiden Prabowo terkait laporannya, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Presiden menilai laporannya komprehensif dan informatif. "Beliau bilang good, bagus," ungkap Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa substansi laporannya berfokus pada posisi Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh AS, serta bagaimana pandangan negara-negara lain terhadap kebijakan tersebut. Laporan itu juga menyoroti proses pembahasan yang telah dilakukan dan pernyataan dari para menteri keuangan terkait isu tersebut.
Adapun poin-poin penting yang disampaikan dalam laporan tersebut antara lain:
- Posisi Indonesia terkait tarif resiprokal AS
- Proses pembahasan kebijakan tarif AS dengan berbagai pihak
- Pandangan negara-negara lain terhadap kebijakan tarif AS
- Pernyataan para menteri keuangan mengenai isu tarif
- Mekanisme multilateral yang akan ditempuh selanjutnya
- Kondisi dan situasi negara-negara yang kesulitan mengakses modal
- Potensi risiko yang mungkin timbul, yang juga dibahas dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia
Sri Mulyani menekankan pentingnya mekanisme multilateral dalam mengatasi dampak kebijakan tarif dan memastikan stabilitas ekonomi global, terutama bagi negara-negara yang rentan terhadap fluktuasi pasar modal. Diskusi dengan IMF dan Bank Dunia juga menjadi krusial untuk mengidentifikasi dan memitigasi potensi risiko yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global.