Kontroversi Makam Misterius di Ponorogo: Pembongkaran Ungkap Fakta Mengejutkan
Polemik makam misterius di Ponorogo, Jawa Timur, mencapai puncaknya dengan pembongkaran yang dilakukan oleh warga setempat. Makam yang terletak di Kompleks Pemakaman Kiai Ageng Nur Salim, Dukuh Mantup, Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis ini, diduga kuat sebagai makam palsu yang meresahkan masyarakat.
Pembongkaran ini dilakukan oleh sekelompok warga yang tergabung dalam Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah, dipicu oleh laporan dari pemilik lahan, Hariyanto, dan ketidakmampuan untuk membuktikan keabsahan sejarah makam tersebut. Menurut Hariyanto, keberadaan makam ini bermula dari mimpi seseorang yang kemudian memicu pembangunan makam tersebut oleh pihak-pihak tertentu.
Awal Mula Makam Misterius
Hariyanto menuturkan, setelah adanya mimpi tersebut, seseorang bernama Pak Haji Daironi memanggil Kiai Amin, yang kemudian membawa Mbah Lurah Lamiran. Menurut cerita yang beredar, Mbah Lurah Lamiran dihipnotis di jalan dan diberi tanda, yang kemudian menjadi lokasi pembangunan makam.
Tokoh yang diklaim dimakamkan di situ adalah Mbah Nyai Ageng Condrowarti binti Sayid Usman Al Yamani, yang disebut sebagai istri kedua Mbah Nur Salim dan mertua Mbah Muhammad Besari. Namun, Hariyanto mengaku tidak menemukan informasi apapun mengenai tokoh tersebut dari orang tua maupun leluhurnya.
"Yang saya tanya orang tua dan mbah saya, tidak ada," tegasnya. Ia juga menambahkan bahwa area makam tersebut adalah makam keluarga, bukan makam umum. Siapapun yang ingin dimakamkan di sana harus mendapatkan izin dari pihak keluarga.
Keresahan Warga dan Pembongkaran Makam
Selama dua tahun, makam tersebut menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah. Namun, keramaian ini justru menimbulkan keresahan bagi Hariyanto. Ia merasa perlu untuk membongkar makam tersebut demi ketenangan masyarakat.
"Pembongkaran makam ini, kalau bagi saya biar nggak seterusnya ramai, biar tenang masyarakat. Dibongkar ya monggo," katanya.
Setelah dibongkar, terungkap fakta mengejutkan bahwa makam tersebut tidak berisi jenazah, melainkan hanya tanah dan pasir. Lokasinya yang berada di timur pagar Makam Kiai Ageng Nur Salim memang berada di pematang sawah.
Proses Pembongkaran dan Keterlibatan Warga
Ketua PWI Laskar Sabilillah, Nanang Saiful Fathoni, menjelaskan bahwa pihaknya menerima laporan dari Hariyanto mengenai keberadaan makam mencurigakan tersebut. Setelah melakukan audiensi dengan pemilik tanah dan pihak kelurahan, disepakati bahwa makam tersebut palsu.
"Kita bikin kesepakatan bersama bahwa ini memang makam palsu, tidak ada sejarahnya. Dan ini sudah terbukti. Maka kami sebagai mediator, pelurus sejarah, mengadakan eksekusi dan disepakati oleh bapak Hariyanto serta diketahui pak lurah setempat," jelas Nanang.
Eksekusi atau pembongkaran makam dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Hariyanto dan melibatkan sekitar 100 orang warga. Setelah pembongkaran, kompleks pemakaman kembali seperti sediakala. Hariyanto berharap tidak ada lagi kisah serupa dan mengingatkan pentingnya menjaga keaslian sejarah.
"Biar semua tenang. Yang penting sejarah jangan dipalsukan," ucapnya.