Mendagri Serukan Kolaborasi Global Hadapi Aktor Non-Negara dalam Forum Keamanan di Qatar

markdown Dalam forum Global Security Forum (GSF) 2025 di Qatar, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyoroti pentingnya kemitraan global dalam menangani dampak aktor non-negara terhadap keamanan dunia. Kehadirannya sebagai narasumber dalam forum yang dihadiri sekitar 1.400 peserta dari 60 negara, termasuk Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdurahman Al Thani, menjadi platform strategis untuk menyampaikan pandangan Indonesia.

Tito Karnavian menekankan bahwa aktor non-negara dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada keamanan global. Ia mengklasifikasikan mereka menjadi dua kategori utama: aktor yang bermusuhan, yang mengancam stabilitas dan tatanan internasional, dan aktor yang bersahabat, yang berpotensi menjadi mitra dalam menjaga keamanan.

Indonesia memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai aktor non-negara, termasuk jaringan teroris yang terkait dengan organisasi internasional seperti Al Qaeda dan ISIS. Selain itu, Indonesia juga pernah berhadapan dengan kelompok separatis bersenjata di Aceh dan Papua, serta jaringan kejahatan transnasional yang meliputi perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kejahatan siber. Aktivitas kelompok-kelompok ini dapat mengganggu stabilitas dan berdampak pada pembangunan ekonomi.

Meskipun demikian, Indonesia juga telah berhasil menjalin kerjasama dengan aktor non-negara yang bersahabat, seperti LSM dan lembaga think tank, dalam upaya menetralkan ancaman dari aktor yang bermusuhan. Contohnya, mediasi perdamaian di Aceh yang difasilitasi oleh LSM Internasional Crisis Management Initiatives, serta peran lembaga think tank dalam memberantas jaringan teroris.

Mengingat sifat transnasional dari aktor non-negara yang mengganggu keamanan, Tito Karnavian merekomendasikan dua langkah utama. Pertama, peningkatan kerjasama yang lebih erat antar negara, baik bilateral maupun multilateral, tidak hanya pada tingkat tinggi dan strategis, tetapi juga pada tingkat operasional. Kedua, kerjasama dengan LSM, lembaga think tank, media, dan elemen masyarakat lainnya untuk menetralkan ancaman dari aktor non-negara yang bermusuhan.

Tito Karnavian mengapresiasi forum konferensi tersebut sebagai contoh nyata dari kerjasama internasional yang efektif. Ia menyoroti kolaborasi antara pemerintah Qatar, lembaga think tank, dan aktor non-negara internasional lainnya dalam memungkinkan pertukaran pandangan dan pembangunan jaringan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Mendagri menggarisbawahi beberapa poin penting:

  • Penguatan Kerjasama Internasional: Mendorong kolaborasi yang lebih erat antar negara dalam menghadapi ancaman lintas batas.
  • Kemitraan Strategis: Membangun aliansi dengan LSM, lembaga penelitian, dan media untuk melawan narasi ekstremis dan mempromosikan perdamaian.
  • Pendekatan Holistik: Mengintegrasikan upaya keamanan dengan pembangunan ekonomi dan sosial untuk mengatasi akar penyebab konflik.
  • Peningkatan Kapasitas: Memberikan pelatihan dan sumber daya yang memadai kepada aparat keamanan untuk menghadapi tantangan yang berkembang.

Dengan implementasi strategi komprehensif ini, diharapkan negara-negara di dunia dapat lebih efektif dalam menghadapi ancaman aktor non-negara dan menjaga stabilitas global.