Eksplorasi Biodiversitas: Spesies Keong Darat Baru Ditemukan di Pulau Bacan oleh Peneliti BRIN

Penemuan Spesies Baru Keong Darat di Pulau Bacan Ungkap Kekayaan Biodiversitas Maluku Utara

Pulau Bacan, yang terletak di Maluku Utara, kembali menarik perhatian para ilmuwan dengan penemuan spesies baru keong darat oleh tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ekspedisi yang berlangsung sejak tahun 2022 dan dilanjutkan dengan analisis mendalam hingga tahun 2024, berhasil mengidentifikasi total 27 spesies dari 11 famili keong darat, di mana Trochomorpha ternatana menjadi spesies yang paling dominan ditemukan.

Lebih menarik lagi, tim peneliti menemukan spesies baru yang kemudian diberi nama Diancta batubacan sp. nov. Penemuan ini meningkatkan jumlah total keong darat yang tercatat di Pulau Bacan menjadi 56 spesies. Dari jumlah tersebut, 13 spesies di antaranya bersifat endemik, artinya hanya dapat ditemukan di pulau ini.

Penelitian yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal ZooKeys pada akhir Maret 2025 ini, semakin memperkuat posisi Pulau Bacan sebagai wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, khususnya dalam hal keong darat. Pulau ini termasuk dalam wilayah Wallacea, sebuah zona biogeografi yang dikenal karena keunikan dan kekayaan spesiesnya.

Sejarah Penelitian Keong Darat di Pulau Bacan

Sejak ekspedisi yang dilakukan oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1858-1859, Pulau Bacan telah menjadi lokasi penting untuk studi biodiversitas. Hingga tahun 1963, tercatat setidaknya 15 kajian ilmiah yang mendokumentasikan keberadaan keong darat di wilayah ini. Ekspedisi terbaru oleh tim BRIN, yang dipimpin oleh Ayu Savitri Nurinsiyah, berhasil mengumpulkan 555 spesimen dari 27 spesies keong darat.

Seluruh spesimen tersebut kini disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, BRIN Cibinong. Analisis mendalam terhadap spesimen dan literatur hingga tahun 2024, menunjukkan adanya sebaran baru untuk sembilan spesies dan satu spesies yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.

Habitat Penting Keong Darat dan Upaya Konservasi

Penemuan Trochomorpha ternatana sebagai spesies yang paling melimpah menunjukkan bahwa Pulau Bacan adalah habitat yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati, khususnya keong darat. Masih banyak potensi biodiversitas di sana yang belum tergali sepenuhnya.

"Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia termasuk keong darat, dan masih banyak keragaman hayati disana yang belum sepenuhnya terungkap," kata Ayu Savitri Nurinsiyah.

Penelitian ini dilakukan di lima lokasi berbeda yang mewakili berbagai jenis habitat, mulai dari perkebunan hingga hutan karst yang unik. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memahami keragaman habitat di Pulau Bacan dan pengaruhnya terhadap populasi keong darat.

Data menunjukkan bahwa jumlah spesies keong darat terbanyak ditemukan di kawasan karst yang memiliki tutupan hutan, lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan karst memainkan peran penting dalam mendukung populasi keong darat.

Ayu Savitri Nurinsiyah menekankan pentingnya pendekatan survei sistematis dan identifikasi yang mendalam dalam studi keanekaragaman hayati. Pemahaman terhadap distribusi dan pola biogeografi spesies di wilayah Wallacea sangat penting untuk upaya konservasi yang efektif. Sebelumnya, Ayu dan timnya juga menemukan spesies baru lainnya di Pulau Moti, Maluku Utara, yang diberi nama Palaina motiensis. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap.

"Keanekaragaman hayati itu seperti potongan puzzle yang membentuk gambar indah. Kalau kepingan-kepingannya hilang, maka gambar indah itu tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting kita kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna," pungkasnya.