Seblak: Antara Kenikmatan dan Ancaman Kesehatan, Ini Kata Ahli Gizi
Seblak, hidangan bercita rasa pedas asal Sunda, telah merebut hati banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Namun, di balik kelezatannya, muncul kekhawatiran mengenai dampak kesehatannya. Seblak seringkali dicap sebagai makanan yang kurang bergizi, tetapi benarkah demikian? Seorang ahli gizi memberikan penjelasannya.
Menurut dr. Santi, seorang spesialis manajemen kesehatan, anggapan bahwa seblak tidak sehat sebenarnya bergantung pada cara penyajian dan bahan-bahan yang digunakan. Seblak umumnya dianggap kurang sehat karena komposisinya didominasi oleh karbohidrat dengan kandungan protein, lemak baik, dan sayuran yang minim. Apabila seblak dikonsumsi sebagai hidangan utama secara rutin, misalnya untuk makan siang, seseorang berisiko mengalami kekurangan nutrisi yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.
Selain itu, cita rasa gurih pada seblak seringkali didapatkan dari penambahan garam dan penyedap rasa yang berlebihan. Kandungan natrium yang tinggi dari garam, penyedap rasa, dan bahan baku kerupuk dapat melebihi batas asupan natrium harian yang direkomendasikan. Lebih lanjut, beberapa jenis kerupuk bahkan menggunakan bahan aditif seperti pengawet dan pewarna, yang tentunya kurang baik bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Tak hanya itu, rasa pedas yang menjadi ciri khas seblak juga perlu diperhatikan. Konsumsi cabai yang berlebihan dapat memicu gangguan pada saluran pencernaan, seperti sakit perut atau diare, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap rasa pedas. Selain itu, makanan pedas juga berpotensi mengganggu kualitas tidur jika dikonsumsi menjelang waktu istirahat. Rasa pedas dapat meningkatkan suhu tubuh, sehingga membuat seseorang lebih sulit untuk tertidur.
Konsumsi seblak yang berlebihan dan terus-menerus dapat meningkatkan risiko kekurangan gizi (malnutrisi) dan bahkan memicu berbagai penyakit serius. Kadar natrium yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Kadar natrium yang tinggi juga dapat menyebabkan tubuh menahan air, sehingga menimbulkan wajah tampak bengkak.
Namun, bukan berarti kita harus sepenuhnya menghindari seblak. dr. Santi menjelaskan bahwa seblak dapat diolah menjadi hidangan yang lebih sehat dengan memperhatikan beberapa hal:
- Membuat seblak sendiri di rumah: Dengan membuat sendiri, kita dapat mengontrol jumlah garam, penyedap rasa, dan cabai yang digunakan, serta menjamin kebersihannya.
- Menambahkan protein dan sayuran: Tambahkan bahan-bahan kaya protein seperti ayam, telur, udang, atau bahan lainnya, serta perbanyak sayuran untuk meningkatkan nilai gizi seblak.
- Membatasi atau menghindari makanan olahan: Kurangi atau hindari penggunaan bahan-bahan seperti bakso dan sosis yang termasuk dalam kategori makanan olahan.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, kita dapat tetap menikmati seblak tanpa perlu khawatir berlebihan terhadap dampak kesehatannya. Penting untuk diingat bahwa seblak sebaiknya dikonsumsi sebagai makanan selingan atau rekreasi, bukan sebagai hidangan utama sehari-hari. Keseimbangan nutrisi tetap menjadi kunci utama untuk menjaga kesehatan tubuh.