Serangan Hama Tikus Ancam Ribuan Hektare Sawah di Lumajang
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menghadapi tantangan serius dalam sektor pertanian akibat serangan hama tikus yang meluas. Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 14.000 hektare sawah padi, yang merupakan 20% dari total lahan padi di wilayah tersebut, mengalami kerusakan akibat hama ini.
Retno Wulan Andari, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Lumajang, mengungkapkan bahwa dari total 71.000 hingga 72.000 hektare sawah padi di Lumajang, seperlima bagiannya terdampak serangan tikus. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi para petani dan pemerintah daerah.
Serangan hama tikus ini dilaporkan merata di seluruh 21 kecamatan di Lumajang. Lebih lanjut, Retno menambahkan bahwa hama ini tidak hanya menyerang padi, tetapi juga mulai mengancam komoditas lain seperti jagung dan tembakau.
Menanggapi situasi ini, Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian, Rachmat, menjelaskan beberapa metode penanganan hama tikus yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah Gerakan Pengendalian (Gerdal) hama tikus, yang melibatkan perburuan lubang tikus dan pembakaran belerang di dalamnya. Teknik ini bertujuan untuk menekan populasi tikus secara efektif. Selain itu, Rachmat juga merekomendasikan pendirian rumah burung hantu sebagai predator alami tikus.
Berikut adalah metode penanganan hama tikus yang direkomendasikan:
- Gerdal Hama Tikus: Perburuan dan pembakaran belerang di lubang tikus secara rutin.
- Pemasangan Rumah Burung Hantu: Memanfaatkan predator alami untuk mengendalikan populasi tikus.
Mengingat luasnya dampak serangan hama tikus ini, diharapkan pihak berwenang dapat segera mengambil langkah-langkah konkret dan berkelanjutan untuk melindungi lahan pertanian di Lumajang dan mencegah kerugian yang lebih besar bagi para petani.