Gunung Sampah di Pasar Caringin Bandung: Krisis Pengelolaan dan Dampaknya Bagi Pedagang

Kondisi Pasar Induk Caringin di Bandung memprihatinkan. Tumpukan sampah menggunung, mencapai ribuan ton, menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan berdampak buruk bagi aktivitas perdagangan. Inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti permasalahan serius ini dan mendorong solusi pengelolaan sampah yang lebih efektif.

Persoalan sampah di Pasar Caringin bukan isu baru. Menurut Kepala Badan Pengelola Pusat Perdagangan Caringin (BP3C), Asep Syarief Hidayat, kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti dua tahun lalu menjadi titik awal krisis. Pembatasan ritase pengangkutan sampah dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti memperparah situasi, menyebabkan penumpukan sampah yang signifikan di area pasar. Volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai sekitar 40 ton, sementara kemampuan pengangkutan hanya tiga ritase, menciptakan ketidakseimbangan yang besar.

Selain faktor eksternal, perilaku pedagang juga menjadi kontributor masalah sampah. Banyak pedagang membuang komoditas busuk di sekitar kios atau jalanan pasar. Hal ini diperparah dengan pembelian komoditas impor dalam skala besar, di mana sebagian tidak terjual dan akhirnya dibuang karena tidak layak konsumsi. Praktik ini menambah beban sampah organik yang membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap.

Regulasi yang mengharuskan metode kumpul, angkut, dan buang juga menjadi kendala dalam pengelolaan sampah yang lebih mandiri dan berkelanjutan. BP3C menyatakan kesiapannya untuk mengolah sampah secara mandiri di lahan seluas 3.000 meter persegi milik pemerintah, dengan menggunakan mesin cacah dan fermentasi untuk sampah organik, serta teknologi insinerator untuk sampah anorganik. Selain itu, edukasi kepada pedagang mengenai pemilahan sampah dan penerapan sanksi administratif bagi yang melanggar akan dilakukan.

Namun, realisasi rencana ini memerlukan persetujuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait lahan untuk instalasi pengolahan sampah. Salah satu pedagang, Mumu Termudi, mengungkapkan kekhawatiran akan dampak negatif tumpukan sampah pada penjualan. Bau tidak sedap dan kondisi jalanan yang becek, terutama saat hujan, membuat pembeli enggan datang ke pasar.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Tumpukan sampah di Pasar Caringin mencapai ribuan ton.
  • Kebakaran TPA Sarimukti dan pembatasan ritase pengangkutan sampah menjadi penyebab utama.
  • Perilaku pedagang yang membuang komoditas busuk memperparah masalah.
  • BP3C berencana mengolah sampah secara mandiri dengan teknologi cacah, fermentasi, dan insinerator.
  • Pedagang mengeluhkan dampak negatif sampah pada penjualan.