81 Pekerja Migran Bangka Belitung Terdampar di Perbatasan Myanmar: Pemerintah Bergerak Cepat untuk Pemulangan

81 Pekerja Migran Bangka Belitung Terdampar di Perbatasan Myanmar: Pemerintah Bergerak Cepat untuk Pemulangan

Sebanyak 81 warga Kepulauan Bangka Belitung yang bekerja sebagai pekerja migran kini tengah terjebak di perbatasan Myanmar dan Thailand, tepatnya di wilayah Myawaddy. Mereka diduga menjadi korban perdagangan orang (TPPO) dan kini tengah dalam proses pemulangan ke tanah air. Kondisi yang kompleks di wilayah konflik tersebut telah menyulitkan kepulangan mereka, dengan biaya pemulangan yang diperkirakan mencapai Rp 27 juta per orang. Angka ini menjadi beban yang cukup berat bagi keluarga dan pemerintah daerah.

Ketua DPRD Kepulauan Bangka Belitung, Didit Srigusjaya, telah menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi ini. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah daerah telah melakukan koordinasi intensif dengan pemerintah pusat, khususnya Kementerian terkait, untuk memastikan pemulangan para pekerja migran tersebut. Proses pemulangan ini akan dilakukan secara bertahap, mengingat terdapat sekitar 500 pekerja migran Indonesia yang berada dalam situasi serupa di wilayah tersebut. "Seluruh pihak harus bergerak bersama," tegas Didit, menekankan pentingnya solidaritas dalam upaya penyelamatan warga Bangka Belitung yang terdampar.

Didit juga menambahkan bahwa informasi yang diperoleh menyebutkan para pekerja migran tersebut awalnya diiming-imingi pekerjaan dengan gaji tinggi di Malaysia, Thailand, atau Filipina. Namun, mereka justru dibawa ke Myanmar dan diduga terlibat dalam sindikat judi online. Ia pun mengingatkan masyarakat agar senantiasa waspada terhadap penawaran pekerjaan dari agen tenaga kerja yang tidak resmi dan memastikan agen tersebut memiliki izin resmi sebelum melakukan perekrutan. "Waspadalah dan pastikan agen perekrut memiliki izin resmi," imbaunya.

Pemerintah Provinsi Bangka Belitung bersama DPRD setempat berkomitmen untuk terus memantau dan mendukung proses pemulangan hingga tuntas. Selain itu, upaya trauma healing bagi para pekerja migran yang telah dipulangkan juga menjadi fokus perhatian. Dua pekerja migran asal Bangka Belitung, Reza dan Yulian, telah berhasil dipulangkan dan kini mendapatkan perawatan di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) Bambu Apus, Jakarta. Proses pemulangan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi keamanan di Myanmar yang masih bergejolak.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Bangka Belitung, Elius Gani, menambahkan bahwa banyak pekerja yang berangkat melalui jalur tidak resmi karena tergiur oleh iming-iming gaji tinggi yang disebarkan dari mulut ke mulut. Ada yang telah bekerja hingga 10 bulan di Myanmar sebelum akhirnya teridentifikasi sebagai korban TPPO. Informasi mengenai keterlibatan mereka dalam sindikat judi online juga telah dilaporkan. Pemerintah daerah saat ini tengah berupaya keras mengatasi permasalahan ini dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga korban, untuk memastikan kepulangan seluruh pekerja migran dengan selamat.

DPRD Bangka Belitung berencana untuk mengundang keluarga korban dalam waktu dekat guna memberikan informasi terkini dan mengurangi kecemasan mereka selama proses pemulangan berlangsung. Komitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang menjadi prioritas utama pemerintah daerah dan pusat. Proses pemulangan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mencari pekerjaan di luar negeri dan hanya menggunakan jalur resmi serta agen tenaga kerja yang berizin.