Indonesia Sambut Hangat Pembukaan Kedutaan Besar Angola di Jakarta: Era Baru Kerja Sama Bilateral
Era Baru Hubungan Diplomatik, Angola Resmi Hadir di Jakarta
Pemerintah Indonesia menyambut baik peresmian Kedutaan Besar Angola di Jakarta. Langkah ini dinilai sebagai babak baru dalam mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, serta memperkuat kemitraan strategis di berbagai bidang.
Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha C. Nasir, menyampaikan optimismenya terhadap prospek kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan Angola. Menurutnya, kehadiran Kedutaan Besar Angola akan membuka berbagai peluang baru, tidak hanya dalam lingkup bilateral, tetapi juga dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan, yang merupakan wujud semangat solidaritas Asia-Afrika.
"Pembukaan Kedutaan Besar Angola di Jakarta ini adalah tonggak penting dalam hubungan kedua negara. Kami yakin ini akan membuka pintu bagi peningkatan kerja sama di berbagai sektor, dan mempererat persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Angola," ujar Wamenlu Arrmanatha, usai pertemuan dengan Sekretaris Negara/Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Administrasi, Keuangan, dan Warisan Budaya Republik Angola, Osvaldo Dos Santos Varela.
Pertemuan tersebut berlangsung di Kedutaan Besar Republik Angola di Jakarta, sehari sebelum peresmian kedutaan. Dalam suasana yang hangat dan konstruktif, kedua pejabat tinggi tersebut membahas berbagai isu strategis yang menjadi kepentingan bersama.
Komitmen Bersama untuk Memperkuat Kerja Sama
Wamenlu Arrmanatha menegaskan bahwa Indonesia melihat Angola sebagai mitra kunci di kawasan Afrika, terutama dalam konteks kerja sama Selatan-Selatan. Pembukaan Kedutaan Besar Angola, yang bertepatan dengan peringatan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, semakin menegaskan komitmen kedua negara untuk memperkuat persahabatan dan meningkatkan hubungan bilateral.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang, termasuk melalui mekanisme Konsultasi Politik dan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang telah berjalan. Mereka juga berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian berbagai nota kesepahaman (MoU) di sektor-sektor strategis, seperti:
- Minyak dan gas: Meningkatkan kerja sama dalam eksplorasi, produksi, dan pengembangan teknologi di sektor energi.
- Industri: Mendorong investasi dan transfer teknologi di berbagai sektor industri, termasuk manufaktur dan pengolahan.
- Perikanan dan sumber daya kelautan: Mengembangkan kerja sama dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan peningkatan produksi perikanan.
- Pelatihan diplomatik: Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pertukaran diplomat.
Diversifikasi Ekonomi dan Akses Pasar
Kedua negara juga menyadari pentingnya diversifikasi komoditas perdagangan non-migas, perluasan akses pasar, dan pemberian manfaat tarif bagi komoditas unggulan masing-masing negara. Sebagai langkah konkret, Indonesia dan Angola berencana untuk membentuk Indonesia-Angola Preferential Trade Agreement (PTA), yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan dan investasi antara kedua negara.
Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mendukung visi Angola menjadi produsen utama di sektor pertanian dan perikanan di kawasan Sub-Sahara Afrika dalam lima tahun ke depan. Dukungan ini akan diwujudkan melalui skema kerja sama pembangunan internasional, yang meliputi transfer teknologi, pelatihan, dan bantuan teknis.
Selain itu, Indonesia juga akan memperkuat kerja sama di sektor migas dan mineral kritis, yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan bersama.
Dukungan untuk Kepemimpinan Angola di Uni Afrika
Indonesia memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada Angola atas kepemimpinannya sebagai Presiden Uni Afrika tahun 2025. Kedua negara sepakat untuk menjajaki potensi kerja sama antara ASEAN dan Uni Afrika, yang dapat membuka peluang baru dalam berbagai bidang.
"Di tengah ketidakpastian global saat ini, pembukaan Kedutaan Besar Angola merupakan sinyal positif bagi peningkatan kerja sama Selatan-Selatan, khususnya dalam menciptakan tata kelola global yang lebih adil dan inklusif," pungkas Wamenlu Arrmanatha.