BAIC Indonesia Optimalkan Strategi Pemasaran di Tengah Persaingan Ketat
Perusahaan otomotif asal Tiongkok, BAIC, tengah menyusun strategi baru untuk meningkatkan daya saingnya di pasar otomotif Indonesia. Langkah ini diambil menyusul penjualan yang belum sesuai harapan jika dibandingkan dengan merek-merek otomotif Tiongkok lainnya yang lebih dulu mapan di Tanah Air.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), BAIC mencatatkan distribusi sebanyak 130 unit kendaraan selama periode Januari hingga Maret 2025. Angka ini setara dengan 0,1 persen pangsa pasar dari total penjualan nasional yang mencapai 205.160 unit. Sementara itu, sepanjang tahun 2024, BAIC berhasil menjual 296 unit dari total pasar sebesar 865.723 unit.
"BAIC baru beroperasi belum genap setahun, dengan peluncuran awal di bulan Mei. Salah satu produk kami menghadapi tantangan dalam hal penetrasi pasar," ujar Chief Executive Officer (CEO) BAIC Indonesia, Dhani Yahya, di Tangerang, beberapa waktu lalu.
Produk yang dimaksud adalah model X55 II. Pada tahun lalu, model ini hanya mencatatkan penjualan sebanyak 70 unit. Menanggapi hal ini, BAIC mengambil langkah strategis dengan menawarkan X55 II dengan harga yang lebih kompetitif serta penambahan fitur-fitur unggulan. BAIC menargetkan penjualan X55 II dapat mencapai 500 unit dalam setahun.
Dhani Yahya mengakui bahwa performa BAIC belum sebanding dengan merek-merek Tiongkok lainnya di Indonesia. Sebagai perbandingan, BYD telah mendistribusikan 5.718 unit pada kuartal pertama 2025, diikuti oleh Wuling dengan 4.795 unit, dan Chery dengan 4.399 unit. Padahal, BAIC merupakan salah satu dari lima produsen mobil terbesar di Tiongkok dengan sejarah panjang dan kerjasama dengan merek-merek internasional seperti Jeep dan Mercedes-Benz.
Saat ini, BAIC hanya memiliki dua model yang dipasarkan di Indonesia, yaitu X55 dan BJ40.
"Kami melihat bahwa merek Tiongkok lain bersaing dengan banyak produk, kita hanya berjualan dengan dua model, BJ40 dan X55," ungkap Dhani.
BAIC berencana untuk menambah jajaran produknya di Indonesia pada tahun ini. Selain itu, BAIC juga mempertimbangkan untuk memasuki pasar mobil listrik yang tengah berkembang pesat.
Lebih lanjut, BAIC juga berupaya untuk menyesuaikan diri dengan selera konsumen Indonesia, salah satunya dengan mengganti logo Beijing menjadi BAIC untuk pasar Indonesia.
"BAIC saat ini memiliki keterbatasan pada model setir kanan. Kami berencana untuk membawa mobil listrik, MPV, dan tipe mobil lainnya secara bertahap. Perubahan kecil seperti logo ini memiliki dampak yang cukup besar, karena konsumen Indonesia lebih mudah menerima BAIC," jelas Dhani.
"Saat ini, manajemen BAIC Motors juga mengalami perubahan yang lebih agresif, dengan fokus pada pasar ekspor, terutama model setir kanan," tambahnya.