May Day di Jakarta: Aksi Unjuk Rasa Berujung Bentrokan di Depan Gedung DPR

Aksi May Day di Depan Gedung DPR Berujung Bentrokan

Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2025 di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, diwarnai bentrokan antara massa aksi dan aparat kepolisian. Ribuan buruh dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka, namun aksi tersebut berujung ricuh.

Awal Mula Kericuhan

Menurut keterangan dari Sunarno, perwakilan Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak), demonstrasi awalnya direncanakan di Bundaran HI dan sekitar Istana Negara. Namun, rencana ini gagal karena adanya larangan dari pihak berwenang. Akibatnya, massa terpecah dan berkumpul di dua lokasi, yaitu kawasan Monas dan depan Gedung DPR RI.

"Kami dilarang keras untuk aksi di HI dan Istana Negara, itu bentuk diskriminasi," ujar Sunarno dalam orasinya. Ia juga menambahkan bahwa banyak buruh dari luar Jakarta yang mengalami intimidasi saat hendak menuju lokasi aksi.

Aksi di depan Gedung DPR awalnya berlangsung damai dengan orasi-orasi yang menyuarakan tuntutan buruh, seperti penghentian PHK massal dan pengesahan RUU PPRT. Namun, situasi berubah sekitar pukul 14.33 WIB ketika kelompok dari Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) melakukan pembakaran ban di depan Gedung DPR. Tindakan ini memicu reaksi dari aparat kepolisian dan aksi saling dorong pun tak terhindarkan.

Eskalasi Bentrokan

Situasi semakin memanas ketika massa aksi menolak permintaan Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Chondro, untuk menghentikan pembakaran ban. Polisi kemudian bertindak memadamkan api secara paksa, yang kembali memicu aksi saling dorong. Massa aksi juga sempat beberapa kali menembakkan kembang api ke arah polisi yang berjaga.

Aparat kepolisian kemudian mundur ke dalam kompleks DPR sebelum kembali membentuk barisan untuk mengamankan massa. Bentrokan berlangsung selama beberapa jam hingga akhirnya aparat kepolisian mengambil tindakan tegas dengan memukul mundur massa menggunakan mobil water cannon dan gas air mata.

Massa aksi sempat melawan dengan membalas tembakan kembang api dan botol plastik ke arah polisi. Namun, perlahan-lahan massa mundur ke arah Jalan Gatot Subroto. Tim Reaksi Pukul Cepat (RPC) dan Brimob kemudian menyisir lokasi dan mengarahkan massa menuju trotoar dan bus yang telah disiapkan.

Dalam proses penyisiran, polisi menangkap seorang pria yang diduga sebagai provokator di dekat flyover. Pria tersebut mengenakan penutup kepala dan sempat melakukan perlawanan saat ditangkap. Akibatnya, massa aksi berlarian dan polisi meminta wartawan untuk mematikan kamera.

Dampak dan Penangkapan

Bentrokan tersebut menyebabkan kemacetan parah di sekitar lokasi kejadian. Polisi memukul mundur massa aksi secara berlawanan arah, sehingga banyak kendaraan yang terhenti. Setelah situasi berhasil dikendalikan, Jalan Gatot Subroto kembali dibuka dan lalu lintas berangsur normal.

Menurut keterangan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, polisi mengamankan 13 orang yang diduga melakukan tindakan anarkis saat aksi peringatan Hari Buruh. Mereka ditangkap di sekitar flyover Senayan dan sekitarnya dengan barang bukti berupa petasan yang diduga akan digunakan untuk memprovokasi kerusuhan.

"Sebanyak 13 orang terduga anarko (12 laki-laki dan 1 perempuan) diamankan karena terlibat dalam tindakan anarkis, melawan perintah petugas, serta melempari pengguna jalan tol dengan batu," ujar Ade Ary.

Saat ini, seluruh terduga pelaku telah dibawa ke Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Polisi masih mendalami peran masing-masing orang dalam insiden tersebut.