Jakarta Pilih Pendekatan Humanis dalam Pembinaan Siswa Bermasalah
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki strategi tersendiri dalam menangani permasalahan siswa yang terlibat dalam kenakalan remaja, termasuk tawuran. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap kebijakan yang akan diterapkan di Jawa Barat, di mana siswa bermasalah rencananya akan dikirim ke barak militer untuk mendapatkan pembinaan.
Alih-alih mengikuti langkah tersebut, Pramono menekankan pentingnya pendekatan yang lebih humanis dan komprehensif. Menurutnya, tawuran dan kenakalan remaja bukan semata-mata persoalan kriminalitas, melainkan juga mencerminkan kurangnya wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri dan menyalurkan energi mereka secara positif.
"Kami di Jakarta memiliki kebijakan yang berbeda dan lebih sesuai dengan karakteristik kota ini," ujar Pramono saat ditemui di Balai Kota. Ia menjelaskan bahwa salah satu fokus utama Pemprov DKI Jakarta adalah menyediakan ruang publik yang aman dan nyaman bagi anak muda.
Sebagai langkah konkret, Pramono berencana untuk membuka taman-taman di seluruh Jakarta selama 24 jam. Ia meyakini bahwa dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap ruang terbuka hijau, remaja Jakarta dapat memiliki tempat untuk berkumpul, berinteraksi, dan melakukan kegiatan positif. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga akan menggandeng berbagai komunitas dan organisasi kepemudaan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan bermanfaat di taman-taman tersebut.
"Taman-taman ini akan menjadi ruang ekspresi bagi anak muda. Mereka bisa berolahraga, bermain musik, belajar, atau sekadar bersantai bersama teman-teman," jelas Pramono. Ia berharap, dengan adanya ruang publik yang memadai, potensi konflik antarpemuda dapat diminimalisir, dan energi mereka dapat disalurkan ke arah yang lebih konstruktif.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga akan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan bimbingan konseling yang lebih intensif bagi siswa yang membutuhkan. Program-program pencegahan tawuran dan kenakalan remaja juga akan diperkuat, dengan melibatkan peran serta orang tua, guru, dan masyarakat.
Pramono menegaskan bahwa penanganan masalah kenakalan remaja membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang generasi muda Jakarta.
Sementara itu, di Jawa Barat, Gubernur Dedi Mulyadi telah mengumumkan rencana untuk mengirim siswa bermasalah ke barak militer. Program ini akan melibatkan TNI dan Polri dalam memberikan pembinaan disiplin dan karakter kepada siswa yang dianggap sulit diatur. Dedi berharap, melalui program ini, siswa dapat mengubah perilaku negatif mereka dan menjadi generasi muda yang lebih bertanggung jawab.
Program pembinaan di barak militer akan berlangsung selama enam bulan, di mana siswa akan mendapatkan pelatihan fisik, pembinaan mental, dan pendidikan karakter. Mereka juga akan diajarkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
Kebijakan yang diambil oleh kedua provinsi ini menunjukkan adanya perbedaan pendekatan dalam menangani masalah kenakalan remaja. Jakarta memilih untuk fokus pada penyediaan ruang publik dan kegiatan positif, sementara Jawa Barat lebih menekankan pada pembinaan disiplin dan karakter melalui program militer.