Momentum Hardiknas: Pendidikan Sebagai Pilar Utama Menuju Indonesia Emas 2045
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momentum krusial untuk merefleksikan peran strategis pendidikan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Anggota DPD RI, Fahira Idris, menekankan perlunya reorientasi sistem pendidikan agar tidak hanya berfungsi sebagai transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai fondasi pembentukan karakter, pengembangan kompetensi, dan peningkatan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Dalam konteks bonus demografi dan era digital global, Fahira Idris mempertanyakan efektivitas pendidikan sebagai penggerak kemajuan bangsa. Ia menekankan pentingnya evaluasi sistem pendidikan dalam menyiapkan generasi yang adaptif, inovatif, dan berintegritas, yang mampu menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan sosial yang dinamis. Kegagalan dalam peran strategis ini dapat mengubah bonus demografi menjadi beban sosial.
Fahira Idris menyerukan reformulasi visi pendidikan sebagai kekuatan utama dalam mencapai Indonesia yang adil, makmur, dan berdaya saing tinggi. Ia mengidentifikasi lima langkah strategis yang dapat mempercepat realisasi visi tersebut:
-
Penguatan Kualitas dan Profesionalisme Guru: Guru adalah inti dari perubahan pendidikan. Peningkatan profesionalisme guru harus mencakup kuantitas, kualitas, dan keberlanjutan. Insentif, pelatihan berjenjang, dan literasi teknologi harus diprioritaskan agar guru dapat berperan sebagai fasilitator pembelajaran, mentor karakter, dan agen perubahan.
-
Reorientasi Kurikulum dan Pembelajaran Kontekstual: Kurikulum harus menekankan pembelajaran berbasis konteks, lintas disiplin, deep learning, dan pengembangan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, integritas, kedisiplinan, semangat, dan kreativitas.
-
Digitalisasi dan Internasionalisasi: Akselerasi digitalisasi pendidikan harus diimbangi dengan upaya memastikan kesetaraan akses untuk mencegah kesenjangan digital. Internasionalisasi pendidikan tinggi harus dimaknai sebagai glokalisasi, yaitu penggabungan nilai-nilai global dan lokal, sehingga perguruan tinggi dapat menjadi pusat keunggulan di Asia dengan riset kelas dunia dan inovasi lokal.
-
Pendidikan Inklusif dan Redistribusi Sumber Daya: Alokasi anggaran pendidikan harus berbasis keadilan spasial, dengan prioritas investasi infrastruktur dan sumber daya manusia di sekolah-sekolah daerah. Insentif bagi pemerintah daerah yang berhasil meningkatkan mutu pendidikan juga diperlukan untuk mengurangi ketimpangan dan mewujudkan impian Indonesia Emas 2045.
-
Integrasi PAUD dan Gizi dalam Ekosistem Pendidikan: Pendidikan anak usia dini dan pemenuhan gizi anak harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Intervensi kesehatan dan kesejahteraan anak tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, mengingat dampak jangka panjang stunting terhadap kemampuan belajar dan produktivitas.
Dengan menjadikan pendidikan sebagai fondasi peradaban, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan global baru pada tahun 2045.