Perjuangan dan Asa Dua Srikandi Buruh Jawa Timur di Tengah Gelombang Perubahan
Dua perempuan pekerja keras asal Jawa Timur, Yati dan Suparti, menjadi potret perjuangan kaum buruh di tengah dinamika ekonomi dan sosial. Keduanya telah mendedikasikan diri selama puluhan tahun sebagai tulang punggung keluarga. Di usia yang tak lagi muda, semangat mereka untuk terus berkontribusi dan menyuarakan aspirasi tak pernah padam.
Yati, seorang pekerja pabrik dengan pengalaman 33 tahun, memulai karirnya sejak usia 18 tahun. Dengan penghasilannya, ia berhasil mewujudkan impian memiliki rumah yang layak dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Baginya, perayaan Hari Buruh bukan sekadar seremonial, melainkan wujud solidaritas dengan sesama pekerja. Ia bersyukur karena perusahaan tempatnya bekerja telah memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan karyawannya. Meski demikian, Yati tak menampik bahwa kenaikan harga bahan pokok menjadi tantangan tersendiri. Lima tahun mendatang, di usia 56 tahun, Yati akan memasuki masa pensiun. Namun, ia berharap dapat terus bekerja di pabrik tempatnya mengabdi selama ini, selagi fisik dan mentalnya masih kuat. Baginya, peluang untuk terus berkarya di usia senja adalah anugerah yang tak ternilai.
Berbeda dengan Yati, Suparti, seorang buruh di perusahaan farmasi di Pasuruan, memilih untuk pensiun setelah 30 tahun mengabdi. Di usia 53 tahun, dua tahun menjelang masa pensiun, Suparti telah merencanakan untuk memulai usaha sendiri. Semangatnya untuk terus berkarya didorong oleh keberhasilan kedua anaknya yang telah mandiri secara finansial. Ia merasa bersyukur karena selama ini keluarganya tidak kekurangan, sehingga ia termotivasi untuk terus bekerja hingga saat ini. Sama seperti Yati, Suparti tak banyak menuntut di momen Hari Buruh. Kebahagiaannya terletak pada kemandirian anak-anaknya dan kemampuan untuk terus berkontribusi bagi keluarga.
Aksi Hari Buruh Sedunia yang digelar di Kantor Gubernur Jawa Timur menjadi momentum bagi para buruh untuk menyampaikan aspirasi mereka. Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyambut baik aspirasi tersebut dan menandatangani 17 poin tuntutan yang diajukan oleh perwakilan buruh. Aspirasi tersebut mencakup berbagai isu, mulai dari ketenagakerjaan, pendidikan, perpajakan, kesehatan, hingga pengusulan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai pahlawan nasional. Aksi ini menjadi bukti bahwa suara buruh tetap relevan dan didengarkan oleh pemerintah.
Aspirasi Buruh yang Disampaikan:
- Ketenagakerjaan
- Pendidikan
- Perpajakan
- Kesehatan
- Pengusulan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai pahlawan nasional
Kisah Yati dan Suparti adalah representasi dari jutaan buruh di Indonesia yang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Semangat mereka untuk terus berkarya dan menyuarakan aspirasi patut diacungi jempol. Di tengah gelombang perubahan ekonomi dan sosial, suara buruh harus terus didengarkan dan diperjuangkan.