Trauma Pahalgam Membayangi Lembah Neelum: Pariwisata Pakistan Terancam Konflik Perbatasan

Kekhawatiran akan eskalasi konflik di perbatasan antara India dan Pakistan telah melumpuhkan industri pariwisata di Lembah Neelum, Pakistan. Serangan mematikan di Pahalgam, wilayah Kashmir yang dikuasai India, telah mengirimkan gelombang kejut ke seberang perbatasan, mengubah lanskap yang dulunya ramai dikunjungi wisatawan menjadi zona yang diliputi ketidakpastian dan ketakutan.

Lembah Neelum, yang terletak hanya beberapa kilometer dari Garis Kontrol, perbatasan de facto yang memisahkan wilayah Kashmir yang disengketakan, biasanya menarik ratusan ribu wisatawan setiap musim panas. Namun, bayang-bayang konflik yang membara telah membuat para pelancong enggan untuk datang, menyebabkan bisnis lokal mengalami kerugian besar. Rafaqat Hussain, seorang pemilik hotel di lembah tersebut, menggambarkan situasi ini sebagai pukulan telak bagi industri pariwisata, dengan banyak wisatawan yang memilih untuk kembali ke kota asal mereka karena meningkatnya risiko.

Penutupan sementara sejumlah resor wisata di wilayah Kashmir yang dikuasai India setelah serangan Pahalgam semakin memperburuk suasana ketidakpastian. Meskipun tidak ada perintah serupa yang dikeluarkan oleh pihak berwenang Pakistan, pasar-pasar di kota perbatasan Chakothi tetap beroperasi di tengah kecemasan yang meluas. Bashir Mughal, seorang pemilik toko setempat, mengungkapkan harapannya akan perdamaian, menekankan bahwa warga sipil selalu menjadi pihak yang paling menderita dalam perang. Ia juga menyatakan kesiapannya untuk membela negara jika konflik pecah.

Kenangan akan penembakan lintas batas di masa lalu masih menghantui penduduk setempat. Saiqa Naseer, seorang warga Chakothi, mengenang masa kecilnya yang diwarnai dengan teror akibat penembakan di perbatasan. Sebagai seorang ibu, ia kini menghadapi ketakutan yang sama, mengingat insiden pada tahun 2019 ketika peluru India menghantam lembah tersebut saat kedua negara berada di ambang perang. Meskipun keluarganya memiliki bunker di rumah mereka, Naseer menegaskan bahwa mereka akan tetap tinggal dan menghadapi situasi apa pun yang terjadi.

Kisah-kisah ini menggambarkan dampak mendalam dari ketegangan geopolitik terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat di Lembah Neelum. Sementara perdamaian tetap menjadi harapan utama, bayang-bayang konflik terus membayangi, mengancam mata pencaharian dan kesejahteraan mereka yang bergantung pada industri pariwisata yang berkembang.