Eksplosi Emosi: Kisah di Balik Meroketnya for Revenge dari Sekadar 'Balas Dendam' Masa Lalu
Band emo asal Bandung, for Revenge, kini tengah menikmati puncak popularitas. Musik mereka yang sarat akan emosi, terutama tentang patah hati, ternyata berawal dari niat yang cukup unik. Siapa sangka, band yang awalnya dibentuk sebagai wadah untuk menyampaikan 'balas dendam' kepada mantan, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan utama di industri musik tanah air.
Cimot, sang drummer, mengungkapkan bahwa ide awal pembentukan for Revenge tidaklah ambisius. "Awalnya gak kepikiran for Revenge buat sampai disini ya. Kita bentuk band ini biar didengar sama mantan-mantan kita aja sih, gitu. Biar didengar aja sih rasa patah hatinya," ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan.
Lebih lanjut, Cimot menjelaskan bahwa ia bersama Boniex (vokal), Izha, dan Arief mendirikan band ini saat mereka semua tengah merasakan pahitnya patah hati. Inisiatif tersebut muncul sebagai respons terhadap kegalauan yang melanda. Kenangan ini mengundang tawa dari para personel for Revenge, yang kini telah berkeluarga dan merasa bersyukur atas pengalaman patah hati yang ternyata membawa berkah tersendiri.
Boniex menambahkan bahwa Cimot adalah sosok yang paling lama terpuruk dalam kesedihan akibat cinta. Pengalaman Cimot inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi utama dalam menciptakan lagu-lagu patah hati yang menjadi ciri khas for Revenge. "Yang tersisa dari for Revenge pada 2006 itu ya Cimot dengan patah hatinya," canda Boniex.
Kini, for Revenge telah berhasil mencuri perhatian publik dengan karya-karya mereka. Terbukti, pendengar musik for Revenge menembus lebih dari 10 juta perbulan di Spotify.
Berikut daftar lagu-lagu hits dari For Revenge:
- Jakarta Hari Ini
- Serana
- Untuk Siapa?
- Jeda
- Peer Pressure
- Sadrah
- Biru
- Kau Rumahku
- Tak Ada Judul
- Alfabeth
Kesuksesan for Revenge menjadi bukti bahwa patah hati, jika disalurkan dengan tepat, dapat menjadi sumber kreativitas yang luar biasa. Kisah mereka adalah inspirasi bagi banyak orang yang pernah merasakan sakitnya cinta, bahwa di balik kesedihan, selalu ada potensi untuk bangkit dan berkarya.