Shalat Tarawih: Praktik Spiritual dan Dampak Positifnya bagi Kesehatan Mental dan Fisik
Shalat Tarawih: Praktik Spiritual dan Dampak Positifnya bagi Kesehatan Mental dan Fisik
Shalat Tarawih, shalat sunnah yang dikerjakan secara khusus di bulan Ramadhan, memiliki sejarah panjang dan makna spiritual yang mendalam. Meskipun istilah 'Tarawih' baru muncul pada masa Khalifah Umar bin Khattab, praktik shalat sunnah malam di bulan Ramadhan telah ada sejak masa Rasulullah SAW, yang lebih dikenal dengan sebutan Qiyam Ramadhan. Istilah 'Tarawih' sendiri berasal dari kata Arab yang berarti 'istirahat', mencerminkan jeda-jeda yang dilakukan selama shalat mengingat durasi yang cukup panjang. Praktik ini, yang dilakukan setelah shalat Isya hingga menjelang fajar, merupakan bentuk ibadah yang dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, di luar aspek spiritualnya, shalat Tarawih juga memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Dari perspektif kesehatan fisik, gerakan-gerakan berulang dan teratur dalam shalat Tarawih, khususnya gerakan sujud, memberikan manfaat yang signifikan. Al-Hafiz Ad-Dzahabi mencatat bahwa dzikir yang dilakukan selama shalat Tarawih membantu pencernaan. Gerakan sujud, menurut beliau, membantu membuka jalan pencernaan, mengeluarkan kotoran dari tubuh, dan melancarkan saluran makanan. Bagi lansia, gerakan-gerakan ini juga berkontribusi pada peningkatan kekuatan otot, fleksibilitas sendi, dan keseimbangan tubuh, sehingga mengurangi risiko cedera akibat jatuh. Selain itu, waktu pelaksanaan shalat Tarawih, yang umumnya dilakukan di awal malam setelah berbuka puasa, juga sejalan dengan ritme pencernaan.
Lebih jauh lagi, studi yang dilakukan oleh Quadri Syed Javeed, Kepala & Associate Professor Psikologi di MSS Art's Commerce & Science College, Jalna, India, menunjukkan dampak positif shalat Tarawih terhadap kesehatan mental. Studi tersebut, yang melibatkan 50 responden berusia 18-30 tahun, menggunakan Inventarisasi Kesehatan Mental dan Inventaris Seri Kepribadian Multi Penilaian untuk mengukur kesehatan mental sebelum dan sesudah melaksanakan shalat Tarawih. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesehatan mental dan pengendalian diri pada responden. Manfaat ini dapat diuraikan sebagai berikut:
- Pengurangan Stres dan Kecemasan: Aktivitas fisik dan spiritual dalam shalat Tarawih memicu pelepasan endorfin, hormon yang berperan dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan perasaan bahagia. Gerakan dan bacaan dalam shalat memiliki efek relaksasi yang mirip meditasi, menurunkan hormon stres seperti kortisol, dan meningkatkan ketenangan.
- Peningkatan Kesejahteraan Emosional: Shalat Tarawih mendorong introspeksi, perbaikan diri, dan pengendalian emosi negatif. Proses ini meningkatkan kesadaran diri dan kemampuan dalam menghadapi konflik dan stres. Bacaan dan doa yang penuh makna menenangkan pikiran dan memperkuat hubungan dengan Tuhan.
- Peningkatan Rasa Optimisme dan Harapan: Melaksanakan shalat Tarawih dengan khusyuk meningkatkan rasa optimisme dan harapan dalam menghadapi tantangan hidup. Shalat mengajarkan individu untuk selalu bersandar kepada Allah SWT, yang memberikan harapan dan kekuatan. Praktik ini juga mampu membangkitkan rasa sejahtera dan energi positif, mengurangi kecemasan dan depresi, dan meningkatkan kepercayaan diri.
- Manfaat Silaturahim: Shalat Tarawih berjamaah di masjid atau mushola memberikan kesempatan untuk bersilaturahmi, memperkuat ikatan sosial, dan mengurangi rasa kesepian. Interaksi sosial ini juga membantu meningkatkan keterampilan sosial, mengurangi risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan, dan memperluas jaringan dukungan emosional.
Kesimpulannya, shalat Tarawih bukan hanya ibadah spiritual yang dianjurkan, tetapi juga memiliki manfaat yang luas bagi kesehatan fisik dan mental. Manfaat ini berkisar dari peningkatan sistem pencernaan dan kesehatan fisik bagi lansia hingga pengurangan stres, peningkatan kesejahteraan emosional, dan penguatan ikatan sosial. Oleh karena itu, pelaksanaan shalat Tarawih dapat dipandang sebagai praktik yang holistik, yang menyeimbangkan kesehatan rohani dan jasmani.