Sungai Cikapundung Tercemar: Ancaman Bakteri E. coli Mengintai Pasokan Air Bandung

Pencemaran Sungai Cikapundung di wilayah Bandung Utara akibat limbah peternakan sapi terus menjadi perhatian serius. Air sungai yang mengalir dari Maribaya, Lembang, hingga ke Kota Bandung, kini menunjukkan kondisi yang memprihatinkan dengan warna hijau keruh.

Hasil uji sampel air oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat mengindikasikan tingginya kandungan bakteri Escherichia coli (E. coli), melebihi standar baku mutu yang ditetapkan. Resmiani, dari Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengendalian Dampak Lingkungan DLH Jabar, menegaskan bahwa pencemaran ini telah melampaui batas aman.

"Kotoran hewan menjadi salah satu sumber utama pencemaran di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Besar. Tingkat E. coli yang tinggi ini sangat mengkhawatirkan karena sudah melewati baku mutu," ujar Resmiani.

Tim DLH Jabar melakukan penelusuran sepanjang 6 kilometer, dari Maribaya hingga Dago, untuk mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran. Temuan ini menjadi alarm bagi kualitas air Sungai Cikapundung, yang notabene dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Bandung untuk berbagai keperluan, termasuk konsumsi.

"Penanganan serius harus segera dilakukan di wilayah hulu sungai. Sungai ini merupakan sumber air minum bagi Kota Bandung, sehingga masalah pencemaran ini harus menjadi perhatian seluruh pihak terkait," imbuh Resmiani.

DLH Jabar berencana memetakan secara detail titik-titik sumber pencemaran, bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat untuk upaya pengendalian yang efektif. Pencemaran limbah kotoran sapi tidak hanya mencemari Sungai Cikapundung, tetapi juga Sungai Cigulung dan Sungai Cikawari. Ketiga sungai ini bermuara di Kolam Tando Harian Dago Pakar, dengan kapasitas 30.000 meter kubik.

Kepala Bidang Produksi Peternakan DKPP Jawa Barat, Siti Rohani, menjelaskan bahwa penelusuran dari Maribaya mengungkap pencemaran di tiga sungai utama tersebut. Aliran air Cikapundung menjadi sumber utama bagi masyarakat Kota Bandung, yang ditampung di kolam tando untuk kebutuhan air bersih dan operasional PLTA Bengkok.

Beberapa solusi yang diusulkan antara lain pembangunan kolam tando di wilayah hulu dan pemanfaatan kotoran hewan menjadi pupuk atau komoditas bernilai ekonomis. DKPP Jabar berencana membangun kolam tando di Suntenjaya, berkolaborasi dengan Perhutani dan instansi terkait. Kerjasama lintas sektoral diharapkan dapat menyelesaikan masalah pencemaran limbah kotoran hewan ini secara komprehensif.

Upaya ini menjadi krusial mengingat dampak pencemaran sungai dapat merugikan kesehatan masyarakat dan keberlangsungan lingkungan. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ini, demi menjaga kualitas air dan kelestarian Sungai Cikapundung.