Pendidikan Bermoral: Pilar Kekuatan dan Tanggung Jawab dalam Kepemimpinan
Hari Pendidikan Nasional menjadi momentum untuk merenungkan peran fundamental moralitas dalam membentuk generasi penerus bangsa. Seperti pepatah bijak mengatakan, kualitas sebuah senjata sangat bergantung pada karakter penggunanya. Analogi ini relevan dengan kekuatan, kekuasaan, dan kewenangan, yang ibarat mata pisau bermata dua. Di tangan individu berakhlak mulia, ketiganya dapat menjadi instrumen kemajuan dan kesejahteraan. Namun, jika dipegang oleh sosok yang tidak bermoral, akan menjadi sumber kesengsaraan dan kehancuran.
Kekuatan, kekuasaan, dan kewenangan bersifat abstrak, namun memiliki potensi besar untuk mencapai berbagai tujuan. Niat baik atau jahat dapat tumbuh subur di dalam diri pemiliknya, diperparah dengan adanya kesempatan. Kerusakan lingkungan, konflik sosial, bahkan peperangan global, seringkali berakar dari penyalahgunaan ketiga hal tersebut. Akhlak dan moral menjadi penawar utama, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur seperti iman, nurani, keadilan, dan kemanusiaan. Tanpa landasan moral yang kokoh, pemilik kekuatan berpotensi menjadi penguasa yang tirani, sebuah negara dengan kekuatan besar tanpa moralitas hanya akan mengedepankan kekuasaannya secara sewenang-wenang.
Setiap individu atau kelompok yang memiliki kekuatan akan berusaha mencapai tujuannya melalui kekuasaan dan kewenangan. Max Weber menjelaskan bahwa relasi kekuasaan, yang terwujud dalam kelas, status, dan partai, dapat memicu penyalahgunaan kekuasaan. Teori kekuatan (Machtatheorie) menyatakan bahwa kekuasaan tumbuh dari kemampuan seseorang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain, bahkan melalui penaklukan. Contohnya, tindakan premanisme yang mengatasnamakan organisasi tertentu menunjukkan bagaimana kekuatan digunakan untuk memaksakan kekuasaan dan melampaui batas kewenangan.
Kemajuan suatu bangsa berbanding lurus dengan kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berfokus pada penanaman nilai-nilai akhlak dan moral akan menghasilkan generasi yang bertanggung jawab dan peduli terhadap kepentingan sosial. Sebaliknya, pendidikan tanpa landasan moral hanya akan melahirkan individu yang agresif, egois, dan abai terhadap lingkungan.
Keberhasilan pendidikan sejati terletak pada pembentukan karakter moral. Ilmu pengetahuan tanpa moralitas dapat menjadi alat kejahatan. Tekanan pada moralitas dalam pendidikan akan menjadi landasan perilaku seseorang, terutama bagi mereka yang memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kewenangan. Peradaban yang maju ditandai dengan keserasian sosial, kesejahteraan, keteraturan, penghormatan terhadap kemanusiaan, dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan pendidikan seseorang tidak hanya diukur dari nilai atau IPK yang tinggi, tetapi juga dari manfaat ilmu yang diamalkannya. Kelangsungan hidup sebuah bangsa bergantung pada generasi penerusnya, yang harus dipersiapkan untuk mempertahankan, membangun, dan memajukan negara. Hari Pendidikan Nasional menjadi momen refleksi untuk mengevaluasi moral bangsa dan generasi penerus. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita telah menjadi bagian dari generasi yang siap membangun dan menjaga keberlangsungan negeri?
Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, dan landasan moral adalah modal utama pendidikan. Mari kita peduli pada pendidikan yang berlandaskan akhlak dan moralitas untuk menyiapkan generasi dan calon pemimpin bangsa yang memiliki kekuatan untuk ketahanan, kekuasaan untuk kesejahteraan dan keadilan, serta kewenangan untuk mewujudkan keteraturan dengan ketaatan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025.