Aksi Simbolik di SMAN 1 Bandung: Siswa dan Alumni Ungkap Keresahan Terkait Sengketa Lahan

Bandung – Pemandangan tak biasa menyambut siapapun yang melintas di depan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bandung. Sebuah instalasi seni, buah kolaborasi antara siswa dan alumni, terpampang sebagai bentuk ekspresi atas kegelisahan mereka terhadap sengketa lahan yang tengah membelit sekolah tersebut.

Gerbang sekolah, yang biasanya terbuka lebar, kini tertutup rapat oleh lembaran plastik dan kain berwarna hitam pekat. Di atasnya, terpasang poster besar bertuliskan "SMANSA is NOT FOR SALE". Stiker-stiker dengan gambar gelas pecah dan tulisan "Fragile", "Selamatkan Sekolah", dan "Selamatkan Aset Pendidikan" semakin mempertegas pesan yang ingin disampaikan.

Fathiya Allisha, Ketua Cakrawala SMAN 1 Bandung, menjelaskan bahwa karya seni ini merupakan wujud kepedulian dan respons terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung yang mengabulkan gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) terkait kepemilikan lahan sekolah. Ide awal instalasi ini berasal dari para alumni, kemudian dimatangkan bersama dengan para siswa melalui diskusi dan kolaborasi.

"Kami merasa ini adalah cara yang tepat untuk menyuarakan apa yang kami rasakan," ujar Fathiya. "Warna hitam melambangkan duka dan ketidakadilan yang sedang kami alami. Poster 'NOT FOR SALE' adalah penegasan bahwa sekolah ini bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan. Ini adalah aset negara, milik seluruh anak bangsa."

Penutupan gerbang dengan plastik dan kain hitam, lanjut Fathiya, merupakan simbol dari rasa terkekang dan terbelenggu. "Kami merasa hak kami sebagai siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak sedang terancam. Tali yang mengikat kain hitam itu adalah simbol kungkungan yang ingin kami lawan. Kami ingin bebas dari ketidakpastian ini."

Stiker bertuliskan "Fragile" menggambarkan betapa rapuhnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah di tengah pusaran konflik dan kepentingan. Siswa dan alumni berharap, melalui aksi simbolik ini, perhatian publik dapat terfokus pada masalah sengketa lahan yang berpotensi mengganggu keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Bandung.

Kepala Sekolah SMAN 1 Bandung, Tuti Kurniawati, mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh siswa dan alumni. Ia melihat instalasi seni ini sebagai bentuk aspirasi yang konstruktif dan kreatif. Pihak sekolah, kata Tuti, mendukung penuh kegiatan-kegiatan positif yang dapat menyalurkan energi dan kepedulian siswa terhadap isu-isu penting yang berkembang di lingkungan sekitar.

"Kami sangat menghargai aspirasi anak-anak," kata Tuti. "Mereka akan bekerja sama dengan alumni dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB untuk mengembangkan tema-tema yang relevan dan mengganti instalasi secara berkala. Ini adalah bukti bahwa siswa SMAN 1 Bandung memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sekolah dan masa depan mereka."

Aksi ini menunjukkan solidaritas yang kuat antara siswa dan alumni SMAN 1 Bandung dalam menghadapi tantangan yang ada. Mereka berharap, suara mereka dapat didengar oleh pihak-pihak terkait dan solusi terbaik dapat segera ditemukan demi keberlangsungan pendidikan di SMAN 1 Bandung.