Mengurai Akar Masalah Perilaku Remaja: Pendekatan Holistik Lebih Efektif daripada Disiplin Militer

Kenakalan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan membolos sekolah, seringkali dianggap sebagai masalah disiplin semata. Namun, para ahli menekankan bahwa perilaku-perilaku ini seringkali merupakan manifestasi dari masalah yang lebih dalam, seperti tekanan psikologis, kurangnya perhatian, atau lingkungan yang tidak mendukung. Alih-alih langsung menerapkan tindakan disiplin keras, penting untuk memahami akar permasalahan yang mendasari perilaku tersebut.

Prof. Tjin Wiguna, seorang psikiater anak dan remaja dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), menjelaskan bahwa banyak remaja yang menunjukkan perilaku bermasalah sebenarnya sedang berjuang dengan kesepian, kurangnya perhatian dari orang tua, tekanan teman sebaya, atau masalah emosional yang belum terselesaikan. Menurutnya, setiap kasus kenakalan remaja bersifat unik dan memerlukan pendekatan individual untuk mengidentifikasi penyebabnya. Menggeneralisasi masalah dan menerapkan solusi yang sama untuk semua kasus tidak akan efektif.

American Psychological Association (APA) juga menekankan pentingnya memahami konteks keluarga dan lingkungan sosial remaja. Pola asuh yang tidak konsisten, konflik keluarga, kemiskinan, paparan kekerasan, dan kurangnya keterikatan emosional dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku menyimpang pada remaja. Lingkungan sosial yang tidak kondusif juga dapat memperburuk masalah.

Salah satu aspek penting yang sering diabaikan dalam memahami perilaku remaja adalah perkembangan fungsi eksekutif otak. Fungsi ini, yang berperan dalam mengendalikan impuls, mengatur perilaku, dan membuat keputusan, masih berkembang hingga usia 20-an. Akibatnya, remaja mungkin kesulitan mengendalikan diri dan lebih rentan melakukan tindakan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.

Departemen Psikiatri RSCM telah mengembangkan alat ukur dan pelatihan fungsi eksekutif otak untuk membantu remaja mengembangkan kontrol diri. Pelatihan ini dapat membantu remaja mengatur perilaku dan kehidupan mereka dengan lebih baik. Prof. Tjin menekankan bahwa pelatihan kontrol diri sebaiknya dimulai sejak usia dini, dengan menciptakan lingkungan keluarga yang aman dan mendukung, serta sekolah yang membuat anak merasa nyaman.

Remaja menghadapi berbagai sumber stres, dan jika mereka dilatih untuk mengendalikan impuls dan memiliki kontrol diri yang baik, risiko munculnya perilaku bermasalah dapat ditekan. Oleh karena itu, pendekatan yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional, serta peningkatan fungsi eksekutif otak, lebih efektif daripada sekadar menerapkan disiplin keras.

Menanggapi wacana penanganan anak bermasalah melalui model pembinaan militer, Prof. Tjin berpendapat bahwa pendekatan semacam itu tidak menyentuh akar permasalahan. Disiplin militer mungkin dapat mengubah perilaku permukaan, tetapi tidak menyelesaikan masalah yang mendasari. Jika seorang anak memiliki gangguan perilaku atau masalah emosional yang belum terselesaikan, pendekatan militer tidak akan efektif. Intervensi berbasis psikologi, dukungan sosial, dan keterlibatan aktif dari keluarga serta lingkungan sekolah lebih dibutuhkan untuk membantu remaja mengatasi masalah mereka dan mengembangkan perilaku yang positif.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menangani perilaku remaja:

  • Identifikasi akar masalah: Cari tahu apa yang mendasari perilaku tersebut, seperti tekanan psikologis, kurangnya perhatian, atau masalah emosional.
  • Pendekatan individual: Setiap kasus kenakalan remaja bersifat unik dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
  • Keterlibatan keluarga dan sekolah: Libatkan keluarga dan sekolah dalam proses pemulihan remaja.
  • Pengembangan keterampilan sosial dan emosional: Bantu remaja mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah dan membuat keputusan yang baik.
  • Pelatihan fungsi eksekutif otak: Bantu remaja mengembangkan kontrol diri dan kemampuan mengatur perilaku.

Dengan memahami akar masalah dan menerapkan pendekatan yang holistik, kita dapat membantu remaja mengatasi masalah mereka dan mengembangkan potensi mereka secara penuh.