Beijing Pertimbangkan Perundingan Tarif dengan Washington, Syarat Utama Jadi Penentu

markdown Gelombang tensi perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat menemukan titik terang baru. Beijing menyatakan tengah mempertimbangkan proposal perundingan tarif yang diajukan Washington. Langkah ini menjadi sinyal potensi de-eskalasi konflik ekonomi yang telah berlangsung cukup lama, khususnya sejak era pemerintahan Presiden Donald Trump.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah menyampaikan pesan melalui berbagai kanal, mengindikasikan keinginan untuk memulai kembali pembicaraan dagang. "Tiongkok saat ini sedang mengkaji proposal tersebut," ujarnya, seperti dikutip dari CNN International, Jumat (2/5/2025).

Meski membuka pintu dialog, Beijing mengajukan syarat utama yang harus dipenuhi Washington. Tiongkok menekankan perlunya "ketulusan" dari pihak AS, yang diwujudkan dalam tindakan nyata seperti pembatalan kebijakan tarif impor yang telah diberlakukan.

"Tarif dan perang dagang diprakarsai secara sepihak oleh AS. Jika ingin bernegosiasi, AS harus menunjukkan ketulusan yang tulus, termasuk bersiap untuk memperbaiki kesalahannya dan membatalkan kenaikan tarif sepihaknya," tegas Jubir Kemendag Tiongkok.

Sikap Tiongkok, menurut pernyataan tersebut, tetap konsisten. Beijing terbuka untuk berunding jika Washington serius mencari solusi damai. Namun, Tiongkok juga siap menghadapi eskalasi lebih lanjut jika perundingan tidak membuahkan hasil.

"Posisi Tiongkok tetap konsisten. Jika ini adalah pertarungan, kami akan menyelesaikannya sampai akhir. Jika ini hanya sekadar pembicaraan, pintunya terbuka," imbuhnya.

Kebijakan tarif yang diterapkan AS telah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Tiongkok, terutama sektor ekspor dan manufaktur. Banyak perusahaan mengalami penurunan pesanan dan bahkan penghentian produksi. Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di Tiongkok mengalami kontraksi pada bulan April.

National Retail Federation memperkirakan bahwa impor ke Amerika Serikat pada paruh kedua tahun 2025 akan turun setidaknya 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, JP Morgan memproyeksikan penurunan impor dari Tiongkok mencapai 75% hingga 80%.

Sebelumnya, Presiden Trump berulang kali mengklaim bahwa perundingan dagang dengan Tiongkok sedang berlangsung. Namun, klaim tersebut selalu dibantah oleh pihak Tiongkok.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berpendapat bahwa tarif yang diterapkan Trump telah berdampak negatif pada ekonomi Tiongkok, menyebabkan hilangnya lapangan kerja. Rubio meyakini bahwa Tiongkok sangat ingin berunding dengan AS.

"Tiongkok berusaha menghubungi. Mereka ingin bertemu, mereka ingin berunding. Perundingan dagang akan segera dimulai," kata Rubio dalam sebuah wawancara dengan Fox News.

Dengan demikian, masa depan hubungan dagang AS dan Tiongkok masih belum pasti. Pembicaraan yang sedang berlangsung dan syarat utama dari Tiongkok akan sangat menentukan langkah selanjutnya dalam dinamika ekonomi global ini. Dunia akan terus memantau perkembangan ini dengan seksama, mengingat dampak luasnya terhadap rantai pasokan dan stabilitas ekonomi global.