Miris! Sembilan Pelajar SMP Diciduk Polisi Terkait Kasus Pengeroyokan Siswi SD di Samarinda
Samarinda, Kalimantan Timur - Kasus kekerasan yang melibatkan anak di bawah umur kembali mencoreng dunia pendidikan. Polisi Sektor Samarinda Seberang berhasil mengamankan sembilan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Jumat (2/5/2025), terkait dugaan keterlibatan mereka dalam aksi pengeroyokan terhadap seorang siswi Sekolah Dasar (SD) berusia 12 tahun. Insiden memprihatinkan ini terjadi di sekitar Folder Perumahan Haji Saleh, Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda.
Kepala Polsek Samarinda Seberang, AKP A. Baihaki, mengungkapkan bahwa penangkapan kesembilan pelajar tersebut dilakukan setelah video aksi kekerasan mereka viral di media sosial. Video tersebut memperlihatkan korban yang masih belia menjadi bulan-bulanan para pelaku. Korban tampak menerima pukulan, tendangan, bahkan diseret hingga tersungkur. Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka-luka dan trauma mendalam. "Alhamdulillah, seluruh individu yang terlihat dalam rekaman video telah berhasil kami amankan. Saat ini, mereka sedang menjalani proses pemeriksaan intensif," ujar AKP Baihaki.
Namun, AKP Baihaki menjelaskan bahwa status hukum kesembilan pelajar tersebut masih sebagai saksi. Mengingat usia mereka yang masih di bawah umur, pihak kepolisian belum menetapkan mereka sebagai tersangka. Proses pendalaman peran masing-masing pelaku terus dilakukan untuk memastikan keadilan ditegakkan. "Karena masih tergolong anak-anak, status mereka saat ini masih sebagai saksi. Kami sedang menyelidiki secara mendalam peran masing-masing, mengingat tidak semua yang terekam dalam video terlibat langsung dalam tindakan pemukulan atau penendangan," jelasnya.
Motif di balik aksi kekerasan ini diduga kuat berawal dari perselisihan yang terjadi di dunia maya. Ejekan di media sosial serta tuduhan bahwa korban merebut pacar salah satu pelaku menjadi pemicu utama. Ironisnya, para pelaku tidak merencanakan pertemuan di lokasi kejadian. Korban justru dijemput dari rumahnya dan dibawa secara paksa ke tempat kejadian perkara (TKP).
Junedi (43), ayah korban, mengungkapkan kondisi putrinya yang mengalami trauma berat akibat kejadian tersebut. Korban kini menjadi lebih pendiam dan mudah menangis saat melihat orang lain. Luka fisik yang diderita korban, seperti luka di kepala, punggung, dan paha, telah mendapatkan perawatan di RSUD AW Syahranie. Namun, luka batin yang dialami korban membutuhkan penanganan psikologis lebih lanjut. "Melihat orang saja dia langsung menangis. Sekarang masih ketakutan," ungkap Junedi dengan nada sedih.
AKP Baihaki mengimbau kepada seluruh orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak mereka, terutama di media sosial. Ia menekankan bahwa media sosial seringkali menjadi pemicu utama terjadinya konflik di kalangan remaja. "Motif awal diduga berasal dari saling mengejek di media sosial. Ini menjadi peringatan bagi para orang tua untuk lebih memperhatikan keseharian anak-anak mereka, karena pengaruh media sosial sangatlah besar," pungkas AKP Baihaki.