Dari Medan Perang ke Destinasi Wisata: Vietnam Mengenang Masa Lalu, Membangun Masa Depan
Lebih dari setengah abad berlalu sejak Perang Vietnam berakhir, mengubah lanskap bekas medan pertempuran menjadi saksi bisu sejarah yang kini menarik minat wisatawan dan veteran dari seluruh dunia.
Tempat-tempat yang dulunya menjadi pusat konflik berdarah, seperti Hamburger Hill, Hue, Khe Sanh, dan Lembah Ia Drang, kini menjadi destinasi yang ramai dikunjungi. Para pelancong datang untuk menyaksikan secara langsung dampak perang dan memahami sejarah yang membentuk negara ini.
Paul Hazelton, seorang veteran Angkatan Darat Amerika Serikat, kembali ke Vietnam menjelang usia 80 tahun. Kunjungannya ini membawanya kembali ke tempat-tempat yang dahulu menjadi bagian dari kehidupannya, termasuk Hue dan Da Nang. Hazelton mengungkapkan perasaannya tentang perubahan drastis yang terjadi di wilayah tersebut.
"Dulu, tempat ini adalah zona perang. Ke mana pun Anda pergi, dulu adalah wilayah militer kita dan sekarang semuanya sibuk dan banyak berubah. Itu luar biasa," ujarnya.
Ia juga menambahkan kebahagiaannya melihat hubungan dagang dan persahabatan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Vietnam saat ini, meyakini bahwa kedua negara mendapatkan manfaat dari hubungan tersebut.
Perang Vietnam, yang berlangsung dari tahun 1955 hingga 1975, merenggut nyawa lebih dari 58.000 tentara Amerika Serikat dan jutaan warga Vietnam. Namun, Vietnam telah bangkit dari keterpurukan dan kini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sektor pariwisata menjadi salah satu motor penggerak ekonomi, menarik lebih dari 17,5 juta wisatawan asing pada tahun 2024.
Salah satu destinasi paling populer di kalangan wisatawan adalah Museum Sisa Perang. Museum ini menampilkan bukti kekejaman perang, termasuk pembantaian My Lai dan dampak Agent Orange, yang memberikan gambaran mengerikan tentang konsekuensi konflik.
Di Saigon, yang kini dikenal sebagai Ho Chi Minh City, situs-situs bersejarah seperti Istana Kemerdekaan dan Hotel Rex masih berdiri kokoh, menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam sejarah Vietnam. Terowongan Cu Chi, yang terletak di pinggiran kota, dulunya digunakan oleh gerilyawan Viet Cong dan kini menjadi salah satu atraksi utama yang menarik minat wisatawan.
Seorang wisatawan asal Italia, Theo Buono, mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Vietnam membantunya memahami lebih dalam tentang bagaimana rakyat Vietnam berjuang dan bertahan selama perang.
Sementara itu, Luu Van Duc, seorang mantan tentara Vietnam Utara, juga mengunjungi Cu Chi bersama rekan-rekan veteran lainnya. Kunjungan ini menjadi momen emosional bagi mereka, karena mereka dapat mengenang masa lalu dan menghormati pengorbanan yang telah dilakukan.
"Sangat menyentuh bisa kembali ke medan lama. Ini keinginan terakhir saya untuk mengenang hari-hari berat tapi penuh kebanggaan. Peninggalan ini penting agar generasi muda tahu perjuangan kami," kata Luu Van Duc.
Zona Demiliterisasi di Quang Tri, yang menjadi lokasi pertempuran paling sengit, menarik lebih dari 3 juta pengunjung setiap tahunnya. Di sana, pengunjung dapat menjelajahi Terowongan Vinh Moc, tempat warga sipil bersembunyi dari bom Amerika.
Hue, kota yang menjadi saksi pertempuran besar saat Serangan Tet 1968, telah dipugar namun masih menyimpan jejak sejarah yang mengingatkan akan masa lalu. Di dekatnya terdapat Hamburger Hill dan Lembah Ia Drang, lokasi pertempuran penting antara pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Utara.
Di Hanoi, Museum Penjara Hoa Lo, yang dulunya dikenal sebagai 'Hanoi Hilton', menyajikan sisi lain dari perang. Tempat ini dulunya digunakan untuk menahan pilot Amerika Serikat, termasuk mendiang Senator John McCain.
Seorang wisatawan asal New York, Olivia Wilson, menggambarkan pengalamannya mengunjungi museum tersebut sebagai "agak menyeramkan, tapi juga menarik". Ia menambahkan bahwa museum tersebut memberikan sudut pandang yang berbeda tentang perang.
Vietnam telah berhasil mengubah bekas medan perang menjadi destinasi wisata yang menarik, yang tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi tetapi juga membantu mempromosikan pemahaman dan rekonsiliasi antara negara-negara yang pernah terlibat dalam konflik.