Kisah Pahit Reza: PHK Dadakan di Balik Undangan Rapat Hotel
Tak seorang pun pekerja mengharapkan berita pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama bagi mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga. Pengalaman pahit ini dialami oleh Reza (34), seorang profesional di bidang kreatif yang kini bekerja secara remote di sebuah perusahaan asing.
Reza berbagi pengalamannya yang tak terlupakan saat menerima PHK secara mendadak dan dengan cara yang tak lazim. Ia menuturkan, "Suatu malam, saya menerima undangan rapat offline di sebuah hotel di Jakarta, dengan instruksi wajib membawa laptop. Keesokan harinya, saya tiba di hotel dan disambut oleh tim HR. Di dalam ruangan, CEO sudah menunggu dan langsung menyampaikan bahwa hari itu adalah hari terakhir saya bekerja."
Memulai karier di dunia kreatif sejak 2011, Reza telah berpindah-pindah perusahaan sebelum akhirnya bergabung dengan sebuah startup pada 2022. Perusahaan ini menawarkan kondisi kerja yang menarik, baik dari segi pendapatan maupun fasilitas.
"Jam kerja fleksibel, karyawan bebas memilih untuk bekerja dari kantor atau tidak, asalkan pekerjaan selesai. Fasilitas dan tunjangan kesehatan juga sangat memadai," ungkap Reza.
Rapat yang Berujung Pemecatan
Pada akhir 2023, Reza menjalankan tugasnya seperti biasa. Karena fleksibilitas jam kerja, ia memutuskan untuk bekerja dari rumah pada suatu Kamis. Setelah seharian bekerja, ia menerima email mendadak yang menginformasikan bahwa karyawan tidak perlu datang ke kantor keesokan harinya karena ada demonstrasi. Namun, ia juga menerima undangan untuk menghadiri rapat di sebuah hotel di Jakarta, dengan kewajiban membawa laptop.
Reza mulai curiga, namun berusaha berpikir positif dan menganggapnya sebagai undangan seminar.
"Keesokan paginya, saya merasa ada yang aneh. Beberapa rekan tim tidak tahu menahu tentang rapat ini karena undangan datang dari HR, tapi beberapa lainnya juga diundang," jelas Reza.
Pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WIB, Reza tiba di hotel dan langsung menuju lokasi yang tertera dalam undangan. Di sana, ia disambut oleh tim HR yang mengenakan pakaian serba putih. Ia bertanya-tanya apakah ada acara lain yang sedang berlangsung.
"Mereka hanya menjawab, 'silakan masuk saja'. Saya masih tersenyum dan berbincang dengan mereka. Namun, begitu masuk ruangan, CEO sudah ada di sana dan langsung menyampaikan kabar bahwa hari itu adalah hari terakhir saya bekerja, serta menjelaskan mengenai pesangon dan hal-hal terkait lainnya," tutur Reza.
Menurut Reza, alasan yang diberikan oleh petinggi startup tersebut kurang detail. Ia hanya menyebutkan bahwa pemecatan sekitar 50 persen karyawan dilakukan atas kebijakan investor terkait pendanaan.
"Biasanya, PHK di startup teknologi dilakukan secara mendadak seperti itu. Kami benar-benar tidak diberi tahu sebelumnya, bahkan tidak ada isu apapun. Bisa saja pagi masuk kantor, bekerja seperti biasa, tiba-tiba sorenya kena PHK," papar Reza.
Keterkejutan dan Keputusasaan
Reza mengaku sangat terkejut dengan keputusan tersebut. Saat itu, ia baru memiliki seorang anak berusia satu tahun. Ia dan istrinya, yang sedang mengambil cuti melahirkan, sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan anak mereka.
Untungnya, pesangon yang diberikan perusahaan cukup besar. Ia juga masih bisa menggunakan asuransi kantor selama setahun jika anak dan istrinya sakit.
"Untungnya ada pesangon, jadi masih bisa bernapas selama beberapa bulan. Setelah PHK, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak di bulan pertama," kata Reza.
Ia juga merasa putus asa karena tidak yakin bisa mendapatkan pekerjaan baru mengingat usianya yang tidak lagi muda. Ia khawatir jika mendapat pekerjaan pun, tawaran gaji dan fasilitasnya tidak akan menarik. Namun, ia beruntung memiliki teman-teman yang suportif yang saling bertukar informasi tentang lowongan pekerjaan.
Kembali Bekerja
Reza menghabiskan banyak waktu untuk melamar ke ratusan perusahaan, namun belum ada yang memanggil. Namun, keberuntungan berpihak padanya. Salah satu lowongan pekerjaan yang diinformasikan oleh temannya menawarinya pekerjaan. Reza akhirnya bekerja di perusahaan e-commerce tersebut.
Ironisnya, hari pertama ia bekerja di tempat baru bertepatan dengan hari sejumlah karyawan e-commerce itu di-PHK.
"Hari pertama masuk, ternyata bersamaan dengan beberapa karyawan yang kena layoff. Saya merasa, 'aduh, ada apa ini?'" ucap Reza.
Ia merasakan ironi situasi tersebut. Dulu, ia adalah salah satu karyawan yang di-PHK, kini ia menjadi karyawan baru di tengah gelombang PHK.
Di perusahaan itu, ia hanya bekerja selama enam bulan sesuai dengan kontrak kerjanya. Perusahaan tidak memperpanjang kontraknya dengan alasan kampanye telah selesai.
Saat itu, Reza tidak terlalu terkejut seperti saat di-PHK setahun sebelumnya. Ia sedang mengerjakan banyak proyek freelance dan istrinya sudah kembali bekerja di bidang HR secara remote.
"Tapi dari situ, saya langsung mencari pekerjaan full time. Alhamdulillah dapat, masih di bidang kreatif dan remote. Pekerjaan ini masih saya jalani sampai sekarang," pungkas Reza.