Upaya Pencarian Iptu Tomi Marbun Dihentikan, MRP Papua Barat Apresiasi Kerja Keras Polri
Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat menyampaikan apresiasi atas upaya yang telah dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam pencarian Iptu Tomi Samuel Marbun, mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni. Apresiasi ini disampaikan seiring dengan penghentian resmi pencarian tahap III oleh Polri.
Wakil Ketua MRP Papua Barat, Raimond Mandacan, menekankan pentingnya menghormati seluruh proses yang telah ditempuh oleh Polri selama masa pencarian. "Terlepas dari apakah Iptu Tomi Samuel Marbun ditemukan atau tidak, upaya yang telah dilakukan oleh Polri, khususnya Kapolda Papua Barat beserta jajarannya, patut dihormati oleh semua pihak," ujar Raimond Mandacan.
Raimond Mandacan menyampaikan duka cita mendalam atas hilangnya Iptu Tomi Marbun, baik secara pribadi maupun mewakili lembaga MRP Papua Barat. Ia menyoroti bahwa pencarian yang melibatkan 510 personel gabungan dari berbagai instansi merupakan respon terhadap rekomendasi yang diberikan oleh Komisi III DPR RI. "Pencarian tahap ketiga ini merupakan bagian dari upaya menjawab rekomendasi Komisi III DPR RI yang telah disampaikan beberapa waktu lalu," jelasnya.
Lebih lanjut, Raimond Mandacan berharap agar tidak ada pihak-pihak yang mencoba menciptakan kegaduhan tanpa mempertimbangkan proses dan upaya yang telah dilakukan oleh Polri. Operasi pencarian Iptu Tomi Samuel Marbun, yang berlangsung sejak 20 April 2025 hingga awal Mei 2025, menghadapi berbagai tantangan signifikan. Medan yang berat, kondisi cuaca ekstrem, serta potensi ancaman dari kelompok bersenjata menjadi kendala utama.
Sebanyak 510 personel gabungan dari Polri, SAR, TNI, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Papua terlibat dalam operasi pencarian dengan sandi Alfa Bravo Moskona 2025. Operasi ini melibatkan penggunaan berbagai moda transportasi, termasuk transportasi laut, udara (helikopter), dan darat, termasuk penyisiran intensif di wilayah Hutan Moskona, Teluk Bintuni.
Pencarian dibagi menjadi tiga zona dengan tingkat risiko yang berbeda: zona hijau, zona kuning, dan zona merah. Zona merah dianggap sebagai area paling berbahaya karena medan yang ekstrem, arus sungai yang deras, serta keberadaan predator seperti buaya dan lebah hutan.
Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Johnny Eddizon Isir, menjelaskan bahwa operasi ini memiliki dua tujuan utama: memastikan keberadaan dan kondisi Iptu Tomi, serta mengungkap kronologi kejadian melalui olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan rekonstruksi. Hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa sembilan orang berenang menyeberangi sungai, dengan delapan orang selamat dan Iptu Tomi menjadi satu-satunya yang hilang.
Brigjen Pol Gatot Mangkurat Putra, Kaops Operasi Alfa Bravo Moskona 2025, mengakui tantangan-tantangan yang dihadapi selama operasi, termasuk cuaca ekstrem, arus sungai yang kuat, vegetasi yang lebat, serta potensi ancaman dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang diperkirakan berjumlah 15 orang bersenjata.
Meski demikian, seluruh tim tetap melaksanakan operasi dengan mengutamakan keselamatan, profesionalisme, dan standar operasional yang ketat. "Operasi ini merupakan wujud nyata pengabdian kepada masyarakat dan komitmen untuk menuntaskan misi kemanusiaan ini," pungkasnya.