Hipertensi yang Tak Terkendali: Mengenal Hipertensi Resisten dan Faktor Pemicunya
Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi masalah kesehatan global yang umum dijumpai. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat kondisi yang disebut hipertensi resisten? Kondisi ini perlu diwaspadai karena penanganannya yang lebih kompleks dibandingkan hipertensi biasa.
Hipertensi resisten didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah yang tetap tinggi, yaitu mencapai 140/90 mmHg atau lebih, meskipun pasien telah mengonsumsi tiga jenis obat antihipertensi dengan dosis optimal, salah satunya diuretik. Diagnosis hipertensi resisten umumnya ditegakkan setelah evaluasi selama enam bulan pengobatan yang tidak efektif. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara signifikan.
Faktor-faktor Penyebab Hipertensi Resisten
Beberapa faktor dapat berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi resisten, antara lain:
- Gaya Hidup Tidak Sehat:
- Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 25
- Kurangnya aktivitas fisik
- Konsumsi garam berlebihan
- Konsumsi alkohol yang tinggi
- Pengaruh Obat-obatan:
Beberapa jenis obat, baik resep maupun obat bebas, dapat mengganggu efektivitas pengobatan hipertensi. Contohnya:
- Obat pereda nyeri (NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen
- Dekongestan hidung
- Pil kontrasepsi oral
- Suplemen herbal tertentu (ginseng, akar manis, dll.)
- Penyebab Sekunder:
Kondisi medis tertentu dapat memicu hipertensi resisten, seperti:
- Hiperaldosteronisme primer (produksi hormon berlebihan oleh kelenjar adrenal)
- Stenosis arteri renalis (penyempitan arteri ginjal)
- Penyakit ginjal kronis
- Sleep apnea
- Feokromositoma (tumor kelenjar adrenal)
- Koarktasio aorta (penyempitan aorta)
- Sindrom Cushing (produksi hormon steroid berlebihan)
Siapa yang Berisiko Mengalami Hipertensi Resisten?
Beberapa faktor risiko meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hipertensi resisten:
- Penyakit ginjal kronis
- Diabetes
- Usia lanjut
- Wanita
Gejala dan Deteksi Dini
Seringkali, hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas selama bertahun-tahun. Namun, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi serius. Beberapa orang mungkin mengalami sakit kepala, rasa tertekan di dada, atau sesak napas. Pemantauan tekanan darah secara teratur, terutama bagi kelompok berisiko dan lansia, sangat penting untuk deteksi dini.
Spesialis jantung menekankan bahwa hipertensi resisten dapat menyerang siapa saja, terutama individu yang kesulitan mengendalikan tekanan darahnya meskipun sudah mengonsumsi obat. Kondisi ini, meskipun tanpa gejala dalam jangka waktu lama, berpotensi menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa pengobatan hipertensi yang dijalani tidak efektif.