Ketidaksetaraan Gender di Sektor Pertanian: Suara Perempuan Tani Belum Terdengar
Peran krusial perempuan dalam sektor pertanian seringkali terabaikan, sebuah isu yang menjadi sorotan tajam dari kalangan akademisi. Dr. Anna Fatchiya, seorang pakar dari IPB University, mengungkapkan bahwa dominasi kaum pria dalam pengambilan keputusan menjadi akar permasalahan ketidaksetaraan gender yang masih mengakar kuat dalam berbagai program pertanian.
Menurut Dr. Anna, perencanaan, implementasi, hingga evaluasi program pembangunan pertanian selama ini cenderung didominasi oleh partisipasi laki-laki. Hal ini mengakibatkan kebutuhan dan permasalahan spesifik yang dihadapi oleh petani perempuan seringkali tidak mendapatkan perhatian dan solusi yang memadai. Kondisi ini mencerminkan adanya bias gender yang dipengaruhi oleh norma-norma patriarki yang masih kuat di masyarakat.
"Selama ini, proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembangunan pertanian cenderung didominasi oleh partisipasi laki-laki, sehingga kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi perempuan kurang terakomodasi," tegas Dr. Anna. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan perspektif gender dalam setiap aspek pembangunan pertanian.
Padahal, kontribusi perempuan dalam sektor pertanian sangatlah signifikan. Mereka memegang peran ganda, tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam proses produksi pertanian, pengambil keputusan dalam keluarga, pengelola keuangan, serta anggota aktif dalam kelompok tani, koperasi desa, dan kegiatan sosial lainnya. Dengan kata lain, perempuan tani memikul beban ganda yang seringkali tidak diakui dan dihargai.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Anna menyoroti bahwa penyuluhan pertanian, sebagai garda terdepan dalam pembangunan sektor pertanian, belum sepenuhnya responsif terhadap isu gender. Misalnya, kegiatan penyuluhan seringkali hanya melibatkan petani laki-laki, sementara petani perempuan terpinggirkan. Padahal, petani perempuan juga berhak mendapatkan akses yang sama terhadap informasi, pengetahuan, dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Implikasi dan Rekomendasi
Ketidaksetaraan gender dalam sektor pertanian memiliki implikasi yang luas, tidak hanya bagi perempuan tani, tetapi juga bagi pembangunan pertanian secara keseluruhan. Ketika kebutuhan dan potensi perempuan tidak diakomodasi dengan baik, maka potensi produktivitas sektor pertanian tidak dapat dimaksimalkan.
Oleh karena itu, Dr. Anna menekankan pentingnya keterlibatan aktif perempuan dalam setiap tahapan program pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan:
- Meningkatkan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan: Melibatkan perempuan dalam forum-forum perencanaan dan pengambilan keputusan terkait program pertanian.
- Menyediakan pelatihan dan penyuluhan yang responsif gender: Merancang pelatihan dan penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik petani perempuan.
- Memastikan akses yang sama terhadap sumber daya: Memberikan akses yang sama kepada perempuan terhadap lahan, modal, teknologi, dan informasi.
- Meningkatkan kesadaran akan isu gender: Mengadakan kampanye dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dalam sektor pertanian.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kontribusi perempuan dalam sektor pertanian dapat lebih dihargai dan diakui, sehingga pembangunan pertanian dapat berjalan lebih inklusif dan berkelanjutan.