Singapura Gelar Pemilu di Tengah Tantangan Ekonomi Global, Lawrence Wong Hadapi Ujian Perdana
Singapura memulai proses pemilihan umum (pemilu) hari ini, sebuah momen krusial yang akan menguji kepemimpinan Perdana Menteri Lawrence Wong di tengah lanskap ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Partai Aksi Rakyat (PAP), yang telah lama mendominasi politik Singapura, kembali menjadi sorotan. Wong, yang mengambil alih tampuk kepemimpinan dari Lee Hsien Loong, putra pendiri Singapura Lee Kuan Yew, menghadapi tantangan untuk mempertahankan mayoritas parlemen di tengah meningkatnya kekuatan oposisi.
Pemungutan suara berlangsung selama 12 jam, dimulai pukul 8:00 pagi waktu setempat. Hasil awal diperkirakan akan diumumkan pada tengah malam nanti.
Lawrence Wong, yang sebelumnya dikenal luas karena perannya dalam gugus tugas COVID-19 Singapura, kini dituntut untuk membuktikan kemampuannya dalam mengarahkan negara-kota ini melalui berbagai tantangan ekonomi. Singapura, sebagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, sangat rentan terhadap perubahan kebijakan ekonomi global, termasuk potensi pemberlakuan tarif oleh negara-negara besar.
PM Wong telah menekankan perlunya mandat yang kuat untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi yang ada. Ia juga menyoroti dampak signifikan yang mungkin timbul jika tarif dagang yang diumumkan, dan kemudian ditangguhkan, oleh Presiden AS Donald Trump diberlakukan secara penuh, terutama bagi hubungan dagang dengan Tiongkok.
"Saya mengimbau seluruh warga Singapura untuk mempertimbangkan dengan matang. Ini bukan sekadar perjudian. Ini tentang keluarga Anda, masa depan Anda, Singapura kita," ujar Wong dalam kampanyenya.
Analis politik, Nydia Ngiow, mencatat bahwa PAP secara tradisional dipandang sebagai kekuatan stabil bagi Singapura, khususnya dalam situasi krisis. Namun, dampak langsung dari gejolak tarif dagang terhadap keputusan pemilih mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.
"Pemilu di Singapura cenderung lebih fokus pada isu-isu domestik. Pengaruh geopolitik terhadap pilihan pemilih mungkin terbatas, kecuali jika warga Singapura merasakan dampak langsung pada biaya hidup, keamanan pekerjaan, atau kondisi ekonomi secara luas," jelas Ngiow.
Dalam pemilu ini, sekitar 2,75 juta warga Singapura yang memenuhi syarat akan memilih 97 anggota parlemen.