Simulasi Persalinan Berujung Tragis: Pria Alami Kerusakan Usus, Pacar Terancam Tuntutan Hukum
Simulasi Persalinan Berujung Tragis: Pria Alami Kerusakan Usus, Pacar Terancam Tuntutan Hukum
Sebuah insiden yang menggemparkan terjadi di Henan, Tiongkok, di mana seorang pria mengalami kerusakan usus serius setelah mengikuti simulasi persalinan yang dipaksakan oleh calon istrinya. Peristiwa ini bermula dari keinginan keluarga calon istri untuk menguji kesiapan dan empati pria tersebut terhadap calon istrinya. Simulasi yang dilakukan di sebuah pusat simulasi persalinan tersebut menggunakan arus listrik untuk mensimulasikan rasa sakit kontraksi selama proses persalinan. Selama tiga jam, pria tersebut dipaksa untuk menahan rasa sakit yang diklaim mencapai tingkat intensitas maksimal selama sebagian besar sesi simulasi tersebut.
Wanita tersebut, yang identitasnya dirahasiakan, menjelaskan di media sosial bahwa inisiatif ini muncul dari keyakinan keluarganya bahwa calon suami harus merasakan secara langsung kesulitan yang dihadapi oleh wanita saat melahirkan. Ia mengklaim bahwa 90 menit pertama simulasi dilakukan dengan peningkatan rasa sakit secara bertahap, sebelum kemudian ditingkatkan hingga level maksimal selama sisa waktu simulasi. Deskripsi wanita tersebut menyebut reaksi pria tersebut yang mulai berteriak dan berjuang pada level 8, hingga mengumpat dan menangis histeris di level 10, menggambarkan kesakitan yang luar biasa. Setelah simulasi, pria tersebut mengalami kelelahan hebat, sakit perut yang luar biasa, dan muntah-muntah.
Namun, kondisi pria tersebut memburuk hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit seminggu kemudian. Pemeriksaan medis mengungkapkan kerusakan parah pada sebagian usus halusnya. Situasi ini berujung pada operasi pengangkatan sebagian usus tersebut. Situasi ini kemudian memicu reaksi dari keluarga pria yang membatalkan pertunangan dan berencana menuntut wanita tersebut secara hukum.
Pihak wanita mengaku bertanggung jawab penuh atas pemulihan pria tersebut. Meskipun demikian, pengacara menilai jika cedera yang dialami pria itu terbukti terkait dengan simulasi persalinan, wanita tersebut dapat dibebani tanggung jawab finansial atas biaya medis, perawatan, transportasi, nutrisi, dan rehabilitasi yang dibutuhkan. Hukum di Tiongkok mensyaratkan siapa pun yang menyebabkan cedera pribadi harus menanggung seluruh biaya pemulihan korban.
Insiden ini telah memicu perdebatan publik yang meluas di media sosial. Banyak netizen mengkritik tindakan wanita dan keluarganya yang dinilai tidak masuk akal dan bahkan sadis. Beberapa netizen menyorot fakta bahwa rasa sakit persalinan merupakan pengalaman kompleks yang melibatkan aspek fisik dan emosional yang tidak dapat ditiru secara akurat dengan simulasi buatan. Para ahli medis kemungkinan besar akan mengkritisi metode simulasi ini, karena tidak hanya tidak akurat, tetapi juga berpotensi menimbulkan bahaya kesehatan yang serius.
Kejadian ini menjadi peringatan penting tentang pentingnya batasan dalam hubungan interpersonal dan pentingnya berempati tanpa menyebabkan kerugian fisik atau emosional bagi orang lain. Peristiwa ini juga menimbulkan pertanyaan tentang etika dan keamanan penggunaan metode simulasi medis, khususnya yang menyangkut prosedur medis yang kompleks seperti persalinan. Kasus ini tentunya juga akan memberikan pelajaran penting tentang bagaimana pemahaman budaya dan kebiasaan dalam suatu hubungan dapat menimbulkan konsekuensi yang tak terduga dan berdampak serius.