Antisipasi Kasus Keracunan, BGN Perketat Distribusi Program Makan Bergizi Gratis

Serangkaian insiden keracunan makanan yang menimpa pelajar setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu respons cepat dari Badan Gizi Nasional (BGN). Sebagai langkah antisipatif dan evaluasi, BGN mengumumkan pengetatan prosedur distribusi makanan untuk memastikan keamanan dan kualitas program tersebut.

Kepala BGN, Dadan Hindayana, dalam keterangan resminya menyatakan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk koreksi dan pencegahan. Fokus utama adalah memperketat protokol keamanan selama proses pengantaran makanan dari dapur hingga ke sekolah. Hal ini mencakup:

  • Pengawasan Ketat Protokol Keamanan: Memastikan keamanan makanan terjamin selama proses pengantaran dari tempat produksi hingga ke tangan siswa.
  • Pembatasan Waktu Pengantaran: Meminimalisir potensi kerusakan makanan akibat terlalu lama berada di luar suhu yang ideal.
  • Peningkatan Kontrol Distribusi di Sekolah: Melakukan pengawasan dan pengendalian lebih ketat terhadap penyimpanan dan proses penyerahan makanan kepada siswa.
  • Penetapan Batas Waktu Konsumsi: Menerapkan aturan mengenai batas waktu konsumsi makanan setelah diterima untuk menghindari makanan basi atau rusak.
  • Uji Organoleptik: Wajib melakukan pengecekan terhadap tampilan, aroma, rasa, dan tekstur makanan sebelum didistribusikan.

Menanggapi kekhawatiran masyarakat, Dadan Hindayana mengimbau agar semua pihak tetap tenang dan menunggu hasil investigasi resmi dari BGN. Pihaknya berjanji akan menyampaikan informasi secara transparan dan bertanggung jawab melalui saluran komunikasi resmi BGN. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terjadinya kasus keracunan di masa mendatang dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap program MBG.

Kasus keracunan MBG sebelumnya terjadi di Kota Bandung, di mana ratusan siswa SMP Negeri 35 mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya juga menangani puluhan pelajar SD dan SMP yang diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan yang dibagikan di sekolah. Insiden-insiden ini menjadi perhatian serius dan mendorong BGN untuk mengambil tindakan preventif yang lebih komprehensif.